Angka kematian yang berkaitan penggunaan tembakau menembus angka 40 juta, berdasarkan data per 4 November lalu. Hal itu memicu keprihatinan lembaga-lembaga dunia yang menghadiri konferensi internasional tentang pengedalian tembakau di Durban, Afrika Selatan.
Para pihak yang hadir dalam konferensi bertekad memperlambat pertambahan angka kematian tersebut. Ketua Framework Convention Alliance, Mary Assunta, mengatakan angka kematian 40 juta yang tercatat sejak tahun 2000 lalu itu sangat mengejutkan.
Kita tidak dapat menghindarinya. Kita tidak bergerak cukup cepat, ujar Mary pada pembukaan konferensi internasional di gedung International Convention Center Durban, hari ini.
Pembukaan konferensi internasional itu antara lain dihadiri Menteri Kesehatan Afrika Selatan Bonabana Hogan, Presiden Conference of Party (COP) Hatai Chitanondh, Asisten Direktur Pengendalian Penyakit Menular WHO Ala Alwan, dan perwakilan Inisiatif Bebas Tembakau WHO Douglas Bettcher.
Mary juga meminta pemerintah dan warga Afrika waspada. Soalnya, rata-rata konsumsi rokok di Afrika saat ini masih rendah. Hal itu membuat Afrika rentan jadi target kalangan industri rokok. Afrika, Anda harus mengambil peluang untuk menghindari kejutan masa depan, ujarnya.
Sementara itu, Hatai Chitanondh meminta pemimpin negara dunia bertindak cepat memberantas aneka masalah akibat konsmusi tembakau. Pemerintah sebuah negara bisa mengadopsi dan menyetujui sebuah panduan yang ditawarkan dalam konferensi tersebut. Panduan itu untuk melindungi kesehatan warga dunia, ujar Chitanondh.
Khusus umntuk Indonesia, Mary Assunta memperingatkan agar pemerintah lebih mewaspadai peningkatan penggunaan tembakau. Alasannya, jumlah kematian yang berhubungan dengan konsumsi rokok di Indonesia terus meningkat. Mencapai 1.172 orang per hari, kata Mary mengutip sebuah hasil penelitian.
Sebanyak 160 negara sudah meratifikasi dari Konvensi WHO tentang Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau. Indonesia hingga kini masih belum meratifikasinya.
Dalam konferensi di Durban, Indonesia mengirim perwakilan sebagai peninjau. Berdasarkan daftar hadir, Indonesia diwakili Direktur Pengendalian Penyakit Menular Dpertemen Kesehatan Yusharmen dan dua stafnya.
DIAN YULIASTUTI