TEMPO.CO, Jakarta - Gelombang kenaikan kasus positif Covid-19 di Taiwan telah membuat pemerintah Taiwan mendapat tekanan agar mau menerima vaksin virus corona dari Cina. Pasalnya, wilayah kepulauan itu baru 1 persen memberikan vaksin Covid-19 pada populasinya dan belum ada tanda vaksin baru akan tiba.
Taiwan adalah wilayah yang diklaim bagian dari Cina dan sudah berulang kali berdebat dengan Beijing sejak pandemi Covid-19 dimulai. Taipe menuding Beijing menyebarkan berita bohong dan berusaha menghalang-halangi partisipasi Taipe di WHO.
Sebaliknya, Beijing menyebut Taipe sedang memainkan permainan politik dengan taruhan nyawa masyarakat Taiwan karena menolak vaksin virus corona dari Cina.
Sampai sekarang, Taiwan telah menerima sekitar 700 ribu dosis vaksin virus corona AstraZeneca Plc, yang habis dengan cepat. Taiwan sudah membeli lagi lebih dari satu juta dosis vaksin virus corona, diantaranya dari Moderna.
Pada akhir pekan lalu, mantan Kepala Taiwan dari kubu oposisi Hung Hsiu-chu mengatakan pemerintah harus mengizinkan penggunaan vaksin virus corona dari Cina secepatnya. Sebab vaksin buatan Cina itu sudah diterima secara internasional dan Taiwan tidak seharusnya bersikap menunggu.
“Pada saat ini, hidup menjadi taruhan dan kami dengan hormat mengatakan pada Pemerintahan Tsai bahwa musuh yang sesungguhnya adalah virus corona, buka Cina,” kata Hung, menyindir Presiden Taiwan Tsai Ing-wen.
Taipe juga mendapat tekanan dari kalangan industri untuk mengatasi masalah vaksin ini, khususnya setelah Shanghai Fosun Pharmaceutical Group Co Ltd pada Sabtu kemarin, 22 Mei 2021, mengutarakan itikad untuk memberikan vaksin virus corona BioNTech.
Baca juga: Kasus Baru Covid-19 Bertambah, Taiwan Memberlakukan Sekolah Online
Sumber : Reuters