TEMPO.CO, Jakarta - Pakta gencatan senjata antara Israel dan Palestina, yang dimediasi oleh Mesir, dimulai pada Jumat, 21 Mei 2021 pukul 2 dini hari waktu setempat. Namun kelompok Hamas memperingatkan mereka siap menarik pelatuk senjata asalkan Israel menghentikan kekerasan di Yerusalem dan mengatasi kerusakan di Jalur Gaza akibat pertempuran.
“Benar sekali pertempuran saat ini berakhir. Namun Netanyahu dan semua dunia harus tahu bahwa tangan kami di pelatuk senjata dan kami akan terus meningkatkan kemampuan kami dalam perlawanan ini,” kata Ezzat El-Reshiq, anggota Hamas.
Dia mengatakan Hamas menuntut adanya perlindungan pada Masjid Al-Aqsa di Yerusalem dan hentikan penggusuran pada beberapa rumah warga Palestina yang tinggal di Yerusalem Timur, yang digambarkan El-Reshiq sebagai sebuah jalur merah.
Gadis Palestina berusia 6 tahun, Suzy Eshkuntana, dirawat oleh petugas medis di rumah sakit setelah diselamatkan dari puing-puing bangunan di tengah serangan udara Israel, di Kota Gaza, 16 Mei 2021. [REUTERS / Mohammed Salem]
Presiden Amerika Serikat Joe Biden berjanji akan menyelamatkan Gaza yang hancur. Pengeboman udara di area yang padat penduduk telah menewaskan 232 warga Palestina. Sedangkan di pihak Israel, serangan roket telah menewaskan 12 orang selama 11 hari konflik Israel – Palestina sejak 10 Mei 2021.
Warga Palestina memenuhi jalanan Kota Gaza setelah gencatan senjata diumumkan. Masjid-masjid menggunakan pengeras suara mengumumkan kemenangan mereka atas perlawanan terhadap pendudukan Israel.
Beberapa kendaraan berpawai di sekitar Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur. Mereka mengibar-ibarkan bendera Palestina dan membunyikan klakson sebagai bagian dari selebrasi.
Roket dari Palestina masih menghantam. Sedangkan Israel melepaskan setidaknya satu serangan udara.
Kelompok Hamas, yang mengendalikan Gaza, menganggap pertempuran tersebut sebagai sebuah perlawanan yang berhasil dari musuh yang lebih kuat secara militer dan ekonomi.
Baca juga: Israel dan Hamas Sepakati Genjatan Senjata
Sumber: Reuters