TEMPO.CO, - Umm Jamal al-Attar, seorang ibu dari lima anak di Gaza, harus memutar otak tiap kali Israel membombardir Palestina. Ia khawatir anak-anaknya tumbuh dengan rasa takut dan trauma.
"Anak-anak kami perlu dialihkan perhatiannya dengan mainan atau apa pun yang akan mengalihkan pikiran mereka dari pemboman dan ketakutan yang mereka alami," katanya dikutip dari Aljazeera, Selasa, 18 Mei 2021.
Umm Jamal dan keluarganya berasal dari Atatra, di utara kota Beit Lahia. Ia mengungsi ke sebuah sekolah yang dikelola UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina setelah tempat tinggalnya menjadi sasaran rudal Israel.
“Israel membombardir kami dengan rudal dan penembakan. Mereka juga menembakkan semacam gas, ”kata Umm Jamal, seraya menambahkan bahwa dia belum bisa pulang ke rumah untuk mendapatkan pakaian atau makanan.
"Pemboman itu semua yang mereka (anak-anak) bicarakan sekarang," ucap dia.
Ini bukan kali pertama dia dan keluarganya mengungsi. Dia pernah menghabiskan 40 hari berlindung di sebuah sekolah selama perang Gaza 2014, di mana Israel membunuh lebih dari 2.100 warga Palestina, termasuk 1.462 warga sipil selama rentang 50 hari.
Pengeboman Israel di Jalur Gaza telah menewaskan sedikitnya 201 warga Palestina, termasuk 58 anak-anak dan 35 wanita, menurut otoritas kesehatan Gaza. Lebih dari 1.300 lainnya terluka.
Israel telah melaporkan sedikitnya 10 orang, termasuk dua anak, tewas dalam serangan roket yang dilakukan oleh Hamas, kelompok Palestina yang menguasai Gaza.
Eskalasi dipicu Senin lalu ketika pasukan Israel menindak pengunjuk rasa di kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki, melukai ratusan warga Palestina. Ketika Israel gagal memenuhi tenggat waktu Hamas untuk menarik pasukannya dari daerah sekitar situs suci, yang dikeramatkan bagi umat Islam dan Yahudi, Hamas menembakkan beberapa roket ke arah Yerusalem. Tak lama kemudian, Israel melakukan serangan udara di Gaza.
Baca juga: Malaysia Sebut Israel Telah Menghina Umat Islam dan Seluruh Manusia
Sumber: ALJAZEERA