TEMPO.CO, Jakarta - Israel tidak membiarkan Al Jazeera dan Associated Press (AP) menyelamatkan perlengkapan kerja ketika gedung mereka dibom pada Sabtu kemarin. Dikutip dari situs berita ABC, Israel hanya memberikan waktu 10 menit kepada keduanya untuk mengosongkan kantor di mana tidak cukup untuk menyelamatkan semua perlengkapan dan dokumen berharga.
Hal tersebut diungkapkan oleh Fares Akram, jurnalis AP. Ia mengaku hanya berhasil menyelamatkan sebagian kecil perlengkapan dan dekorasi meja kerjanya. Beberapa di antaranya adalah laptop, alat perekam, foto keluarga, mug kesayangan, dan sertifikat tanda telah bekerja untuk AP selama 5 tahun.
"Saya tengah tidur siang di lantai dua kantor Associated Press di Gaza ketika tiba-tiba kolega membangunkan saya, sudah mengenakan helm dan rompi pelindungi. Ia meneriakkan 'evakuasi, evakuasi'. Belakangan saya baru tahu kantor kami diincar," ujar Akram menjelaskan pengalamannya, Ahad, 16 Mei 2021.
Ketika berkemas, Akram baru menyadari bahwa ia lah orang terakhir di dalam kantor AP. Semua koleganya sudah sibuk kabur ketika ia masih terlelap di lantai dua. Khawatir Israel mengira tak ada lagi orang di dalam bangunan, Akram berhenti berkemas dan membawa apa yang berhasil ia selamatkan ke parkir basement.
Gedung al-Jalaa yang menampung kantor media Associated Press (AP) dan Al Jazeera dilanda serangan udara Israel di Kota Gaza, 15 Mei 2021. REUTERS/Ashraf Abu Amrah
Seperti dugaannya, sudah tidak ada lagi kendaraan di parkir basement kecuali mobilnya. Akram melempar tasnya ke dalam mobil dan langsung tancap gas, keluar dari bangunan secepat mungkin. Waktu ternyata masih berpihak kepadanya.
"Setelah yakin saya cukup jauh dari radius ledakan, saya memarkirkan mobil dan melihat bangunan kantor untuk terakhir kalinya. Kolega-kolega saya berkumpul, melakukan hal serupa, menanti apa yang bakal terjadi selanjutnya," ujar Akram, memarkirkan mobilnya 400 meter dari lokasi bangunan.
Tak jauh dari lokasi ia memarkirkan mobil, Akram melihat pemilik bangunan kantornya tengah sibuk menelepon seseorang. Ternyata, ia menelepon perwakilan Angkatan Bersenjata Israel, memohon-mohon agar penyewa gedungnya diberi waktu untuk menyelamatkan barang-barang berharga. Israel bergeming, rencana tidak berubah.
"Pemilik bangunan meminta perpanjangan waktu sedikit lagi. Permohonannya ditolak mentah-mentah," ujar Akram.
Reruntuhan Gedung al-Jalaa yang menampung kantor media Associated Press (AP) dan Al Jazeera yang runtuh terkena serangan udara Israel di Kota Gaza, 15 Mei 2021. REUTERS/Mohammad Salem
Akram berkata, pukul 14.00 waktu setempat adalah momen terakhir di mana ia melihat kantornya. Terlalu banyak kenangan di kantor tersebut untuk disebutkan kata Akram dan ia tak tahun kapan akan melihatnya berdiri lagi. Sekarang, kantor itu hanya reruntuhan bangunan serta debu.
Akram belum tahu apa rencana ia ke depannya. Ia berkata, tidak ada tempat yang benar-benar aman di Gaza. Perkebunan miliknya yang ia persiapkan sebagai lokasi evakuasi sudah hancur dirudal Israel.
"Di dalam kantong, saya masih menyimpan kunci kantor yang tak lagi ada itu," ujar Akram, menyebut situasi Palestina - Israel saat ini menyerupai tahun 2008, ketika ayahnya tewas dalam serangan Israel.
Pertempuran antara Israel dan Palestina belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda dalam waktu dekat. Israel sendiri dengan tegas menyatakan tidak akan berhenti menyerang dan tidak mempertimbangkan gencatan senjata untuk saat ini. Sementara itu, di Gaza, 145 orang tewas akibat pertempuran yang berlangsung sejak Senin kemarin. Sepekan sudah Israel - Palestina panas.
Baca juga: Kantor Al Jazeera di Jalur Gaza Dibom Israel
ISTMAN MP | ABC