TEMPO.CO, Jakarta - Jepang berencana menambah jumlah perfektur yang harus menerapkan status darurat COVID-19. Hal itu menyusul terus meningkatnya jumlah kasus harian COVID-19 di Jepang. Padahal, 10 pekan lagi, Jepang akan menggelar Olimpiade Tokyo yang sempat ditunda pada tahun lalu.
Menurut laporan kantor berita Reuters, ada tiga perfektur yang bakal diminta menerapkan status darurat COVID-19. Ketiga perfektur itu adalah Hokkaido, Okayama, dan Hiroshima. Jika tak ada halangan, status darurat COVID-19 ketiganya akan efektif berlaku pada Ahad esok, bersamaan dengan Tokyo, Osaka, dan empat perfektur lainnya.
"Pakar meminta kami untuk memberikan pesan tegas kepada masyarakat soal betapa kritisnya situasi di Jepang dengan hadirnya strain hasil mutasi," ujar Menteri Perekonomian Jepang, Yasutoshi Nishimura, menjelaskan alasan di balik penetapan status darurat COVID-19, Jumat, 14 Mei 2021.
Jika penambahan itu terealisasi, maka total sudah ada 19 dari 47 perfektur di Jepang yang menerapkan status darurat COVID-19. Ke-19 perfektur itu mewakili kurang lebih 70 persen dari total populasi jepang.
Selama status darurat nasional berlangsung, aktivitas outdoor maupun indoor dibatasi oleh Pemerintah Jepang. Sebagai contoh, segala tempat makan harus tutup pada pukul 20.00 waktu setempat. Contoh lain, alkohol dilarang di bar maupun di restoran.
Lembaga Riset Dai-Ichi menyebut bertambahnya perfektur yang harus menerapkan status darurat akan berdampak ke PDB (Produk Domestik Bruto) Jepang. Estimasinya, Jepang akan kehilangan 1 Triliun Yen Jepang dari PDB serta 57 ribu pekerjaan beberapa bulan ke depan.
Per berita ini ditulis, Jepang tercatat memiliki 658 ribu kasus dan 11 ribu kematian akibat COVID-19. Sejak Maret, jumlah kasus COVID-19 harian di Jepang terus menanjak hingga mencapai titik tertingginya pada 9 Mei lalu, 7.766 kasus per hari.
Baca juga: Kirab Obor Olimpiade Tokyo di Sejumlah Prefektur Batal Digelar di Jalan Umum
ISTMAN MP | REUTERS