TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah korban ledakan bom mobil di SMA Sayed-ul-Shuhada, Kabul, Afghanistan pada Sabtu lalu bertambah. Dikutip dari CNN, total ada 85 orang yang tewas dalam insiden itu dengan mayoritas korban adalah siswa perempuan. Sementara itu, untuk korban luka-luka, bertambah sebanyak 147 orang.
"Ledakan yang terjadi begitu besar dan begitu dekat dengan lokasi sekolah sehingga beberapa dari mereka (pelajar) belum ditemukan," ujar pejabat Afghanistan yang enggan disebutkan namanya, Ahad kemarin, 9 Mei 2021.
Per berita ini ditulis, siapa yang bertanggung jawab atas insiden terkait belum diketahui. Taliban, yang diyakini sebagai dalang oleh Pemerintah Afghanistan, membantah. Taliban malah mengatakan bahwa mereka tengah menghentikan segala serangan menjelang perayaan Idul Fitri. Adapun bom mobil memang merupakan salah satu cara andalan mereka selama ini.
Seperti diberitakan sebelumnya, ledakan terjadi pada Sabtu sore di kawasan Dasht-e-Barchi, Kabul Barat, Afghanistan. Ledakan terjadi di depan sekolah saat para siswa sedang bersiap-siap untuk pulang ke rumah masing-masing.
Selama ini, Dasht-e-Barchi memang kerap menjadi sasaran serangan teror milisi Sunni dan Taliban. Salah satu alasannya karena kawasan tersebut padat dengan anggota komunitas Muslim Syiah. Adapun beberapa serangan teror yang pernah mereka lakukan mulai dari bom bunuh diri di Kemendagri Afghanistan hingga pembantaian di rumah sakit ibu dan anak.
Seorang perempuan yang terluka dibawa ke rumah sakit setelah ledakan bom mobil di Kabul, Afganistan 8 Mei 2021. [REUTERS / Mohammad Ismail]
Di lapangan, Pemerintah Afghanistan menerjunkan aparat ke berbagai sudut kota Kabul. Mereka diminta berjaga sebagai antisipasi atas serangan lanjutan. Walau begitu, tidak semua sekolah dan ruang publik bisa mereka kawal untuk saat ini.
Sementara itu, di saat bersamaan, berbagai negara melayangkan kecaman atas peristiwa yang terjadi. Pemerintah India, misalnya, menyatakan teror bom mobil di Dasht-e-Barchi mengancam masa depan sejumlah warga Afghanistan.
"Pelakunya jelas-jelas berniat menghancurkan segala capaian dan hasil kerja keras Afghanistan selama dua dekade terakhir," ujar mereka. Sebagaimana diketahui, Afghanistan bekerjasama dengan Militer Amerika untuk memukul mundur milisi atau kelompok pemberontak selama 20 tahun terakhir. Pada 1 Mei kemarin, Militer Amerika secara resmi mulai menarik pasukannya.
Pemerintah Cina melayangkan komentar yang berbeda. Menurut Duta Besar Cina untuk Afghanistan, Wang Yu, penarikan pasukan oleh Militer Amerika turutr berperan atas terjadinya serangan. Sebab, hal itu memunculkan celah di mana milisi atau kelompok teroris bisa menyerang Taliban.
"Kami meminta tentara asing di Afghanistan untuk menimbang keamanan dan keselamatan warga di Afghanistan serta kawasan di sekitarnya. Lakukan penarikan dengan pantas dan hindari segala hal yang berpotensi memicu penderitaan warga Afghanistan," ujar Wang Yu.
Baca juga: Hormati Idul Fitri, Taliban Stop Serang Pemerintah Afganistan Selama Tiga Hari
ISTMAN MP | CNN