TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Eropa pada Jumat, 7 Mei 2021, menyerukan agar Amerika Serikat dan negara-negara besar yang memproduksi vaksin virus corona lainnya melakukan ekspor vaksin Covid-19 seperti yang dilakukan Uni Eropa, ketimbang membahas soal hak paten atas dosis-dosis vaksin virus corona tersebut.
Kepala Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan diskusi soal hak paten tidak menghasilkan satu dosis pun vaksin Covid-19, baik itu dalam jangka pendek maupun jangka menengah.
“Kita harus membawa ini pada diskusi. Namun ketika kita mendiskusikannya, harus ada 360 sudut pandang karena sekarang ini yang kita butuhkan adalah vaksin bagi seluruh dunia,” kata von der Leyen.
Seorang spesialis medis memegang botol vaksin Sputnik V untuk melawan virus corona di sebuah department store di Moskow, Rusia, 18 Januari 2021.[REUTERS / Shamil Zhumatov]
Menurut von der Leyen, Uni Eropa saat ini satu-satunya organisasi di kawasan Eropa yang melakukan ekspor vaksin virus corona dalam skala besar. Sekitar 50 persen vaksin virus corona yang dihasilkan di Eropa di ekspor ke hampir 90 negara di dunia, termasuk ke program Covax yang didukung oleh WHO.
“Kami mengundang mereka yang terlibat dalam debat hak paten vaksin virus corona agar bergabung bersama kami untuk beritikad baik melakukan ekspor dalam jumlah besar,” kata von der Leyen.
Von der Leyen mengatakan dengan kapasitas produksi yang tinggi, penghapusan hambatan ekspor dan berbagi vaksin virus corona, diharapkan bisa secepatnya membantu memerangi pandemi.
Secara jangka pendek dan jangka menengah, langkah pertama adalah membagi vaksin virus corona. Kedua, melakukan ekspor vaksin virus corona yang sudah diproduksi dan ketika berinvestasi untuk meningkatkan kapasitas manufaktur vaksin-vaksin virus corona.
Sebagai contoh, Von der Leyen menyebut Uni Eropa telah memulai mekanisme membagi vaksin virus corona dengan mengirimkan 615 ribu dosis vaksin virus corona ke negara-negara Balkan.
Baca juga: 1,3 Juta Vaksin Virus Corona AstraZeneca Tiba di Indonesia
Sumber: Reuters