TEMPO.CO, Jakarta - 80 lebih perwira dan anggota berpangkat lain membelot dari Angkatan Udara Myanmar sejak kudeta militer 1 Februari.
Kapten Lin Htet Aung dari Defense Services Academy Intake 54 mengkonfirmasi laporan di media sosial bahwa lebih dari 80 perwira dan pangkat lainnya telah meninggalkan Angkatan Udara, dilaporkan The Irrawaddy, 6 Mei 2021.
Ratusan tentara dari unit infanteri juga telah bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil (CDM), kata Kapten Lin Htet Aung.
"Lebih dari 10 perwira dari Angkatan Udara telah bergabung dengan CDM. Pangkat tertinggi dari mereka adalah kapten," kata Kapten Lin Htet Aung yang juga sedang mogok kerja.
Para perwira dan jajaran lainnya yang telah pergi berasal dari pangkalan udara dan unit komunikasi penerbangan di daerah Yangon, Mandalay, Ayeyarwady, dan Negara Bagian Kachin, The Irrawaddy melaporkan.
Sebuah helikopter militer Myanmar jatuh setelah ditembak jatuh di negara bagian Kachin, Myanmar pada 3 Mei.[REUTERS]
Pemerintah Persatuan Nasional (National Unity Government), sebuah pemerintahan bayangan yang dibentuk untuk menyaingi rezim junta militer, mengumumkan pada Rabu bahwa mereka telah membentuk Angkatan Pertahanan Rakyat.
NUG mengatakan pasukan baru itu merupakan perintis dari Tentara Persatuan Federal, Reuters melaporkan.
Pasukan itu memiliki tanggung jawab untuk mengakhiri perang saudara puluhan tahun dan melindungi rakyat sipil dari kekerasan Dewan Administrasi Negara (SAC) yang dibentuk junta militer.
Pemerintah persatuan, yang didirikan bulan lalu oleh serangkaian kelompok yang menentang junta, di antaranya milisi etnis minoritas, telah berjanji untuk mengakhiri kekerasan, memulihkan demokrasi dan membangun persatuan demokratis federal Myanmar.
Kapten Htet Aung mengatakan pembelotan mereka bisa berdampak negatif pada fungsi administratif Angkatan Udara Myanmar.
Laporan tentang penerbang dan perwira yang meninggalkan Angkatan Udara Myanmar datang setelah sebuah helikopter serbu militer Myanmar ditembak jatuh oleh Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) di Momauk, Negara Bagian Kachin pada Senin, yang menewaskan tiga awaknya.
Baca juga: 200 Kelompok HAM Dorong DK PBB untuk Embargo Senjata ke Myanmar