TEMPO.CO, Jakarta - Amerika memprediksi keputusan mendukung pembagian akses ke paten vaksin COVID-19 bakal direspon keras oleh berbagai pihak. Oleh karenanya, mereka menyakini negosiasi dengan pelaku industri dan negara asal pengembang vaksin di Organisasi Dagang Dunia (WTO) akan memakan waktu berbulan-bulan. Untuk hal itu bisa diwujudkan, perlu ada konsensus dari 164 anggota WTO.
"Namun, selama negosiasi berjalan, kami akan berupaya untuk mendorong peningkatan produksi dan distribusi vaksin COVID-19," ujar negosiator Amerika di WTO, Katherine Tai, dikutip dari kantor berita Reuters, Kamis, 6 Mei 2021.
Baca Juga:
Rencananya, delegasi Amerika dan anggota WTO lainnya akan menggelar pertemuan pada Kamis ini. Perubahan sikap Amerika, yang sebelumnya memblokir negosiasi pembagian akses paten dan teknologi vaksin COVID-19, diyakini berbagai pihak bakal menjadi sorotan. Adapun pertentangan diprediksi bakal datang dari Uni Eropa dan Inggris.
Menurut laporan Reuters, sejumlah perusahaan farmasi sudah mulai bergerak untuk merespon perubahan sikap Pemerintah Amerika. Seorang lobbyist, yang enggan disebutkan namanya, mengklaim langkah Amerika berpotensi membuat perusahaan farmasi menurunkan kualitas dan kuantitas pengembangan vaksin di mana bakal krusial untuk perang melawan pandemi.
Petugas medis mempersiapkan vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech yang akan disuntikan pada warga. Otorotas Norwegia mengatakan 23 orang yang telah meninggal, 13 kematian kemungkinan bisa disebabkan, secara langsung, oleh efek samping vaksin Covid-19. REUTERS/Ciro De Luca
Seorang pelaku industri, yang juga enggan disebutkan namanya, mengatakan hal senada. Ia berkata, perusahaan-perusahaan farmasi akan melawan perubahan sikap Amerika dengan mengupayakan pembatasan-pembatasan baru. Hal itu, menurut ia, tak terhindarkan karena perusahaan farmasi untung besar selama pandemi.
Dr. Amesh Adalia, peneliti dari John Hopkins Center for Health Security, memberikan tanggapan yang lebih keras. Ia berkata, pembagian paten sama saja seperti perampasan.
"Perusahaan framasi sudah bekerja keras dan mengucurkan banyak dana untuk pengembangan vaksin COVID-19," ujar Adalia yang merasa kerja keras itu sudah selayakanya dihargai.
Dari kubu yang mendukung, mereka optimistis bahwa pembagian akses ke paten ini tidak akan terlalu merugikan. Sebab, pembagian akses bisa dibatasi pada waktu tertentu saja. Setelah periode akses usai, penggunaan paten kembali dibatasi dan perusahaan farmasi bisa menjual vaksin-vaksin COVID-19 pengembangan berikutnya yang dibutuhkan untuk perlindungan tambahan.
Pfizer, pada Selasa kemarin, memprediksi akan mencetak penjualan senilai US$26 miliar tahun ini dari vaksin COVID-19 saja. Hasil penjualan itu, kata mereka, bakal mendukung pengembangan produk-produk Pfizer beberapa tahun ke depan.
Baca juga: Pakar Teknologi Membuat Vaksinasi Covid-19 di India Tidak Adil
ISTMAN MP | REUTERS