TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pemukim Israel terekam kamera saat mau mengambil alih rumah warga Palestina di distrik Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur, Palestina.
"Jika saya tidak mencuri rumah Anda, orang lain akan mencurinya," kata seorang pemukim Israel kepada Mona al-Kurd, seorang perempuan muda Palestina yang menuduhnya mencuri rumahnya di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur yang dijajah Israel.
Dialog, yang direkam oleh aktivis Palestina Tamer Maqalda pada Sabtu, menunjukkan al-Kurd yang berusia 22 tahun menghadapi pemukim di taman rumah keluarganya, dikutip dari Al Jazeera, 5 Mei 2021.
Dalam video tersebut, al-Kurd terdengar mengatakan kepada pemukim dalam bahasa Inggris, "Jacob, kamu tahu bahwa ini bukan rumahmu."
"Ya, tetapi jika aku pergi, kamu tidak kembali, jadi apa masalahnya? Kenapa kau berteriak padaku?" kata pemukim Israel itu menjawab dengan aksen Amerika Serikat yang kental.
Tanggapan tersebut memprovokasi al-Kurd, yang mengatakan kepadanya, "Kamu mencuri rumahku!"
"Jika aku tidak mencurinya, orang lain akan mencurinya," jawab Jacob, "jadi kenapa kamu berteriak padaku?"
"Tidak ada yang boleh mencuri rumah saya!" teriak al-Kurd.
This doesn't describe the Israeli occupier's logic only; it also describes the rudeness of those who support the Israeli colonial policies of expropriating the Palestinian occupied lands. pic.twitter.com/OSB0QejwCT
— Ramy Abdu| (@RamAbdu) May 1, 2021
Dalam beberapa bulan terakhir, lingkungan Sheikh Jarrah dilanda serangkaian aksi warga Palestina untuk memprotes perintah Israel agar mereka mengosongkan rumah mereka, yang mereka gambarkan sebagai kelanjutan dari pembersihan etnis yang dimulai dengan Nakba pada 1948.
Al Jazeera melaporkan, pada Senin malam puluhan pasukan Israel menyerbu lingkungan itu dan menyerang keluarga Palestina dengan memukuli dan menembakkan gas air mata dan bom suara ke arah mereka. Menurut media Palestina setempat, 20 orang terluka, dan setidaknya empat pria Palestina dan satu gadis ditangkap, dengan dua orang dibebaskan pada hari Selasa.
Saksi mata di wilayah tersebut mengatakan kepada Anadolu Agency (AA) bahwa pasukan Israel menyemprotkan air sigung, senjata tidak mematikan yang digunakan untuk pengendalian massa, ke rumah-rumah warga Palestina di lingkungan tersebut, sementara pemukim ilegal menyerang penduduk.
Pengadilan Pusat Israel di Yerusalem Timur menyetujui keputusan untuk mengusir tujuh keluarga Palestina dari rumah mereka demi pemukim Israel, memberi mereka batas waktu 6 Mei untuk mematuhinya, Daily Sabah melaporkan.
Sheikh Jarrah berada di Yerusalem Timur, yang ditaklukkan Israel pada tahun 1967 dan dianeksasi. Aneksasi itu tidak diakui oleh sebagian besar komunitas internasional.
Sejak 1956, total 37 keluarga Palestina telah tinggal di 27 rumah di Sheikh Jarrah.
Orang Yahudi Israel yang didukung oleh pengadilan telah mengambil alih rumah di Sheikh Jarrah dengan alasan bahwa keluarga Yahudi tinggal di sana sebelum melarikan diri dalam perang kemerdekaan Israel tahun 1948. Tidak ada perlindungan seperti itu bagi orang-orang Palestina yang kehilangan tanahnya.
Sekarang penggugat Yahudi berusaha untuk mengusir total 58 lebih warga Palestina, menurut kelompok pengawas Peace Now. Mahkamah Agung Israel akan mengumumkan keputusan untuk empat keluarga itu pada hari Kamis.
Keluarga Sheikh Jarrah telah meminta Otoritas Palestina, otoritas Yordania, UNRWA dan komunitas internasional untuk melindungi mereka dan menghentikan pendudukan Israel yang memaksa mereka keluar dari rumah mereka, Middle East Monitor melaporkan.
Menurut Arabi21, Aref Hammad, juru bicara keluarga Sheikh Jarrah, menjelaskan bahwa saat ini ada 28 unit rumah yang menghadapi ancaman penggusuran, mencatat bahwa 87 keluarga tinggal di unit tersebut.
Yordania telah campur tangan, dengan mengatakan bahwa ketika mereka mengelola daerah itu dari 1948 hingga 1967, mereka membangun rumah bagi pengungsi Palestina yang meninggalkan rumah mereka di tempat yang kemudian menjadi Israel.
Lokasi Sheikh Jarrah sangat dekat dari Gerbang Damaskus Kota Tua Yerusalem, sebuah alun-alun yang populer di kalangan warga Palestina, terutama selama bulan puasa Ramadan.
Protes terbaru menyusul bentrokan berhari-hari setelah polisi Israel memblokir alun-alun.
Ratusan ribu warga Palestina pada 1948 terpaksa mengungsi dari desa dan kota mereka di Palestina yang bersejarah ke negara-negara tetangga termasuk Yordania, Lebanon, dan Suriah.
Baca juga: Israel Dituduh Jalankan Politik Apartheid Pada Palestina