TEMPO.CO, Jakarta - Al Qaeda mengatakan perang melawan Amerika Serikat akan terus berlanjut di segala front meski AS menarik pasukannya dari Afganistan.
Joe Biden memulai penarikan pasukan AS dari Afganistan yang akan keluar sepenuhnya pada 9 September 2021, 20 tahun peringatan teror 9/11, mengakhiri perang terlama Amerika Serikat.
Dua sumber operasi Al Qaeda mengatakan kepada CNN akan terus melanjutkan perang terhadap Amerika kecuali AS keluar dari dunia Islam.
Akhir pekan ini juga menandai peringatan ke 10 tahun sejak Osama Bin Laden, dalang serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat, dibunuh oleh pasukan operasi khusus AS, Seal Team 6, di dalam kompleks berdinding tinggi kota Abbottabad, Pakistan.
Dikutip dari CNN, 30 April 2021, Al Qaeda berencana untuk kembali setelah pasukan AS meninggalkan Afganistan, bekerja sama sekali lagi dengan Taliban.
Dua sumber Al Qaeda memuji Taliban karena tetap bersitahan dan berperang dengan AS. "Terima kasih kepada warga Afganistan atas perlindungan rekan seperjuangan, banyak front jihad seperti itu telah berhasil beroperasi di berbagai belahan dunia Islam untuk waktu yang lama," kata juru bicara itu.
Al Qaeda menyatakan kemenangan Perang Afganistan sebagai kemenangannya. "Amerika sekarang dikalahkan," dan serupa dengan penarikan Uni Soviet tiga dekade lalu dari Afganistan.
"Perang AS di Afganistan memainkan peran kunci dalam memukul ekonomi AS," kata Al Qaeda.
Pemimpin Al Qaeda saat ini, Ayman al-Zawahiri yang kurang karismatik, hanya muncul secara virtual dan terdengar hanya dalam rilis propaganda sesekali. Namun, kelompok tersebut masih melihat dirinya sebagai pemimpin bagi militan lainnya. Afiliasi Al Qaeda beroperasi di Yaman, Suriah, Somalia, dan Afrika utara.
Ayman al-Zawahiri [cnn]
Anggota parlemen AS mengecam utusan perdamaian Afganistan Presiden Joe Biden pada Selasa tentang bagaimana perempuan akan dilindungi jika Taliban mengambil kendali setelah pasukan AS mundur.
"Saya tidak percaya dalam keadaan apa pun bahwa Senat Amerika Serikat akan mendukung bantuan untuk Afganistan, terutama di bawah program Bank Dunia yang memberikan dukungan anggaran, jika Taliban telah mengambil peran pemerintahan yang mengakhiri kemajuan masyarakat sipil dan membatalkan hak-hak perempuan, kata Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat Bob Menendez, dikutip dari Reuters.
Pada 14 April Joe Biden mengumumkan rencana penarikan pasukan AS, tetapi berjanji terus mendukung pasukan keamanan Afganistan, serta melindungi hak perempuan dan anak-anak.
Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan pemerintahan Joe Biden bekerja sama dengan Kongres untuk menyediakan hampir US$ 300 juta (Rp 4,3 triliun) bantuan sipil ke negara itu.
Anggota Kongres, banyak dari mereka yang skeptis tentang rencana untuk membawa pulang 2.500 tentara yang tersisa, khawatir kepergian mereka akan menyerahkan kendali kepada Taliban, yang sangat membatas hak perempuan Afganistan selama berkuasa pada tahun 1996-2001.
Jika memang Taliban memiliki relasi dekat dengan Al Qaeda, Taliban bisa bersekongkol dengan Al Qaeda dalam perang melawan Amerika seperti sebelumnya.
Al Qaeda menjelaskan bahwa negara yang pernah menjadi basisnya untuk merencanakan serangan paling mematikan di tanah Amerika bebas untuk digunakan lagi.
"Amerika Serikat bukanlah masalah bagi saudara-saudara kita di Afganistan, tetapi karena pengorbanan dalam perang Afganistan, Amerika sekarang dikalahkan. Baik Partai Republik atau Demokrat - keduanya telah membuat keputusan akhir untuk mundur dari perang Afganistan," kata Al Qaeda.
Jika Taliban menepati janjinya kepada Joe Biden, maka semua ini hanyalah propaganda Al Qaeda, tetapi jika tidak, semua ancaman yang diprediksi akan terjadi.
Baca juga: Militer Amerika: Penarikan Pasukan Dari Afghanistan Telah Dimulai