TEMPO.CO, Jakarta - Vaksinasi menjadi harapan India untuk menekan dampak gelombang pandemi COVID-19. Sebagaimana diketahui, gelombang tersebut telah membuat India berkali-kali memecahkan rekor angka kasus harian dalam beberapa hari terakhir. Namun, realita di lapangan, tidak ada cukup vaksin untuk merespon gelombang tersebut.
Menurut data Duke Global Health Innovation Center, 29 April 2021, India sesungguhnya masuk dalam daftar 10 besar negara dengan belanja vaksin terbanyak. Berada di urutan ke-10 setelah Indonesia, India tercatat telah membeli kurang lebih 205,5 juta dosis vaksin COVID-19. Namun, jumlah tersebut masih belum cukup.
"Mustahil meningkatkan kapasitas sistem kesehatan publik yang ada dalam waktu setahun untuk mengimbangi apa yang kita hadapi sekarang," ujar Kepala Penasihat Sains Pemerintah India, K. Vijay Raghavan, dikutip dari Channel News Asia.
Dengan 205,5 juta dosis vaksin COVID-19, India hanya mampu mengcover 8 persen dari 1,4 miliar penduduknya. Hasilnya, India berada di urutan ke-56 untuk urusan vaksinasi per kapita. Dari 100 orang India, hanya 11 di antaranya yang telah divaksinasi. Angka itu jelas kontras apabila dibandingkan dengan Amerika yang bisa memvaksinasi 69 per 100 orang.
Dengan jumlah vaksin yang masih timpang dengan kebutuhan, India tidak memiliki pilihan selain harus mencari bantuan. Untuk saat ini produksi lokal tak bisa diharapkan karena bahan baku yang habis. Jalur sumbangan adalah jalan tercepat untuk saat ini.
Orang-orang mengantre untuk mengisi ulang tabung oksigen medis yang kosong untuk pasien COVID-19 di depan sebuah toko di New Delhi, India, Senin, 26 April 2021. Lonjakan kasus selama hampir satu pekan membuat gelombang kedua Covid-19 di India dijuluki sebagai tsunami Covid-19. Xinhua/Partha Sarkar
India melobi berbagai negara untuk bisa mendapatkan vaksin COVID-19 dalam jumlah besar. Salah satunya adalah Amerika yang berniat menyumbangkan 60 juta dosis vaksin AstraZeneca-nya ke berbagai negara. PM India Narendra Modi dikabarkan melobi Presiden Joe Biden untuk bisa mendapatkan porsi terbesar dari sumbangan itu.
Sejauh ini, Pemerintah Amerika belum memberikan pernyataan soal seberapa besar vaksin COVID-19 yang akan diberikan ke India. Namun, Amerika sudah memberikan bantuan pendahuluan senilai US$100 juta (Rp1,4 trilun). Salah satunya berupa bahan baku produksi vaksin.
"Seperti bagaimana India dulu membantu ketika rumah sakit kami kewalahan akibat pandemi, Amerika juga bersungguh-sungguh ingin membantu India," ujar pernyataan pers Gedung Putih.
Kondisi kekurangan vaksin ini jelas ironis dengan status India dulu. Sebelum pandemi meledak, 60 persen produksi vaksin global dikuasai oleh India. India memiliki salah satu produsen vaksin terbesar di dunia, Serum Institute of India (SII). Ketika WHO membentuk COVAX untuk meratakan distribusi vaksin, SII langsung digandeng untuk meningkat produksi vaksin.
Janji India kepada WHO, SII bakal memproduksi 200 juta dosis vaksin COVID-19 untuk 92 negara. Namun, gelombang kedua Pandemi COVID-19 merusak rencana itu. Sekarang gantian India yang membutuhkan bantuan.
Baca juga: Pandemi COVID-19 di India Lagi-lagi Pecahkan Rekor Kasus Harian
ISTMAN MP | CNN | CHANNEL NEWS ASIA