TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok Etnis Bersenjata Myanmar Karen National Union (KNU) mengecam serangan udara yang dilancarkan ke mereka pada Rabu kemarin, 28 April 2021. Menurut Kepala Urusan Luar Negeri KNU, Padoh Saw Taw, serangan yang diluncurkan Militer Myanmar tersebut tidak pantas mengingat area yang mereka sasar merupakan permukiman sipil.
Serangan itu sendiri diyakini sebagai balasan Militer Myanmar atas serangan-serangan sebelumnya dari KNU. Beberapa hari terakhir, KNU menyerang pangkalan Militer Myanmar di Sungai Salween serta Dar Gwin. Keduanya berada di dekat perbatasan Myanmar dan Thailand.
"Itu bukan serangan balasan yang pantas juga mengingat perbedaan kekuatan yang besar dengan milisi KNU," ujar Padoh Saw Taw, dikutip dari Channel News Asia.
Menurut Padoh Saw Taw, jika tujuan utama Militer Myanmar adalah membalas aksi milisinya, maka seharusnya mereka tidak menyasar warga sipil, tetapi pasukan militernya. Menurutnya, tidak pantas warga sipil dilibatkan dalam peperangan keduanya.
Pangkalan militer Myanmar di tepi Sungai Salween terbakar, di Provinsi Mae Hong Son, Thailand, 27 April 2021. Kelompok pemberontak Persatuan Nasional Karen (KNU) mengklaim berhasil menyerang dan mengambil alih pangkalan militer Myanmar di wilayah perbatasan dengan Thailand. REUTERS/Athit Perawongmetha
Per berita ini ditulis, baik Militer Myanmar maupun KNU belum memberikan keterangan perihal berapa jumlah korban serangan di permukiman Karen. Sementara itu, Gubernur Provinsi Mae Hong Son yang berada di Thailand, Sithichai Jindaluang, mengatakan ada 68 warga Karen yang sudah kabur ke wilayahnya.
Untuk angka nasional, laporan Channel News Asia mengatakan 24 ribu orang telah mengungsi sejak pertempuran antara kelompok etnis bersenjata dan Militer Myanmar berlangsung. Pertempuran itu dimulai sejak Maret lalu ketika para kelompok etnis bersenjata mendukung pembebasan tahanan politik dan pengakhiran kekerasan oleh Militer Myanmar.
Menurut data dari Asosiasi Bantuan Hukum untuk Tahanan Politik. kurang lebih 750 orang menjadi korban kekerasan Militer Myanmar. Selain itu, 3400 lebih orang ditahan sebagai tahanan politik. Mereka adalah warga sipil biasa, influencer, selebritas, aktivis, politisi, dan pejabat negara. Salah satunya adalah Penasihat Negara Aung San Suu Kyi.
Angka itu berpotensi bertambah jika pertempuran antara kelompok etnis bersenjata dan Militer Myanmar berlanjut. Kamis ini, misalnya, serangan ke Pangkalan Militer Myanmar kembali terjadi. Serangan dengan roket itu menyasar pangkalan udara yang berada di kawasan Magway dan Meiktila. Kelompok bersenjata diyakini sebagai dalangnya.
Baca juga: Dua Pangkalan Udara Myanmar Diserang Dengan Roket
ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA