TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akhirnya memberikan pernyataan langsung soal deklarasi Amerika bahwa pembantaian Armenia oleh Ottoman di tahun 1915 adalah genosida. Erdogan menyebut deklarasi oleh Presiden Joe Biden itu mengganggu hubungan bilateral Turki - Amerika.
"Jika Amerika mengatakan (apa yang terjadi ke Armenia) adalah genosida, maka mereka harus bercermin dan menilai diri sendiri. Ingat apa yang terjadi pada suku pribumi di Amerika. Apa yang terjadi jelas,," ujar Erdogan, dikutip dari kantor berita Reuters, Selasa, 27 April 2021.
Diberitakan sebelumnya, Joe Biden akhirnya menepati janji kampanyenya dengan mengakui pembantaian warga Armenia oleh Kekaisaran Ottoman di tahun 1915 sebagai genosida. Keputusan itu ia ambil seiring dengan memburuknya hubungan Amerika dan Turki dalam berbagai isu mulai dari Suriah hingga pembelian sistem pertahanan udara dari Rusia.
Peristiwa genosida Armenia itu sendiri berkaitan erat dengan Perang Dunia I. Dalam perang itu Turki Ottoman, yang berada di pihak Jerman dan Kerajaan Austro-Hungarian, khawatir Armenia akan mendukung pihak lawan yakni Rusia. Rusia, pada saat itu, diketahui mengincar Konstantinopel (sekarang Istanbul) yang memegang akses atas laut hitam.
Khawatir warga Armenia yang tinggal di Ottoman akan benar-benar mendukung Rusia, kekaisaran mencap mereka sebagai ancaman nasional. Tak lama setelah itu, pembantaian dimulai dengan jumlah korban mencapai jutaan. Beberapa di antaranya tewas karena kelaparan atau kehausan ketika deportasi besar-besaran terhadap warga Armenia di Anatolia.
Presiden AS Joe Biden berbicara tentang sektor lapangan pekerjaan dan ekonomi di Gedung Putih di Washington, AS, 7 April 2021. [REUTERS / Kevin Lamarque]
Erdogan melanjutkan dengan menyebut segala deklarasi yang dilakukan Joe Biden tidak berdasar, tidak benar, dan menyedihkan. Sebagai tindak lanjutnya, kata Erdogan, dirinya akan membentuk lagi komite investigasi akan peristiwa pembantaian itu dengan isi sejarawan dari Armenia dan Turki.
"Saya berharap Presiden Amerika mau balik kanan atas langkah salah ini"
"Kita harus mengesampingkan perbedaan dan mulai melihat apa langkah yang bisa diambil untuk memperbaiki (hubungan bilateral). Jika tidak, kami tidak memiliki pilihan selain mengambil langkah atas hubungan yang rusak," ujar Erdogan yang bakal membahas keretakan Turki - Amerika dalam KTT NATO Juni ini.
Selama ini, Erdogan menganggap Armenia melebih-lebihkan perihal peristiwa pembantaian oleh Kekaisaran Ottoman itu. Menurutnya, korban jiwa tidak mencapai 1,5 juta seperti yang diklaim Armenia, hanya 150 ribu orang. Ia juga membantah pembunuhan itu direncanakan secara sistemik, tetapi lebih ke konflik antar budaya.
Sebagai tambahan, dalam konflik Nagorno-Karabakh antara Armenia dan Azerbaijan tahun lalu, Turki berada di pihak Azerbaijan. Ketika Amerika mengeluarkan deklarasi soal pembantaian oleh Kekaisaran Ottoman, Armenia mendukung deklarasi itu sementara Azerbaijan mengecamnya.
Baca juga: Dinyatakan Joe Biden Sebagai Genosida, Ini 5 Fakta Pembantaian Armenia 1915
ISTMAN MP | REUTERS