TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Turki merespon keras langkah Presiden Amerika Joe Biden mengakui pembantaian Armenia 1915 sebagai genosida. Dikutip dari Channel News Asia, Kementerian Luar Negeri Turki memanggil Kedutaan Besar Amerika untuk menjelaskan landasan dibalik deklarasi itu.
Pemanggilan tersebut berlangsung pada Sabtu kemarin waktu setempat. Kementerian Luar Negeri Turki diwakili Deputi Menteri Sedat Onal sementara Kedubes Amerika diwakili langsung oleh sang dubes, David Satterfield.
"Deklarasi (mengakui pembantaian Armenia 1915) tersebut tidak memiliki landasan hukum internasional dan telah menyakiti warga Turki, membuka luka yang sulit disembuhkan," ujar Sedat Onal, Ahad, 25 April 2021.
Diberitakan sebelumnya, Joe Biden akhirnya menepati janji kampanyenya dengan mengakui pembantaian warga Armenia oleh Kekaisaran Ottoman di tahun 1915 sebagai genosida. Keputusan itu ia ambil seiring dengan memburuknya hubungan Amerika dan Turki yang berdiri usai Kekaisaran Ottoman runtuh di tahun 1923.
Sejumlah sukarelawan Armenia bersembunyi di parit sambil mendengarkan instruksi saat mengikuti latihan menembak di tengah konflik perang dengan Azerbaijan di Yerevan, Armenia, 27 Oktober 2020. Latihan menembak ini diikuti oleh puluhan warga baik pria dan wanita. REUTERS/Gleb Garanich
Peristiwa pembantaian Armenia itu sendiri berkaitan erat dengan Perang Dunia I. Dalam perang itu Turki Ottoman, yang berada di pihak Jerman dan Kerajaan Austro-Hungarian, khawatir Armenia akan mendukung pihak lawan yakni Rusia. Rusia, pada saat itu, diketahui mengincar Konstantinopel (sekarang Istanbul) yang memegang akses atas laut hitam.
Khawatir warga Armenia yang tinggal di Ottoman akan benar-benar mendukung Rusia, kekaisaran mencap mereka sebagai ancaman nasional. Tak lama setelah itu, pembantaian dimulai dengan jumlah korban mencapai jutaan. Beberapa di antaranya tewas karena kelaparan atau kehausan ketika deportasi besar-besaran dilakukan terhadap warga Armenia di Anatolia.
Joe Biden beralasan deklarasi itu ia lakukan karena ada jutaan warga keturunan Armenia di Amerika yang tumbuh besar dengan cerita sejarah itu. Oleh karenanya, ia merasa sudah saatnya ada upaya untuk mengungkapkan apa yang terjadi dibanding terus menghindarinya.
Presiden AS Joe Biden berbicara tentang sektor lapangan pekerjaan dan ekonomi di Gedung Putih di Washington, AS, 7 April 2021. [REUTERS / Kevin Lamarque]
Sebelum Joe Biden, hanya ada satu Presiden Amerika yang secara publik mengakui pembantaian Armenia di tahun 1915. Ia adalah Ronald Reagan. Setelah Reagan, semua presiden kecuali Joe Biden berusaha menghindari isu Armenia untuk menjaga hubungan baik dengan Turki.
Juru bicara Pemerintah Turki, Ibrahim Kalin, menyatakan Presiden Recep Tayyip Erdogan akan mengambil langkah lebih lanjut atas pernyataan Joe Biden. Selain itu, ia menyatakan bahwa Pemerintah Turki kecewa Joe Biden tidak menganggap upaya Erdogan menginvestigasi peristiwa 1915 sebelumnya.
"Presiden Erdogan pernah membuka arsip nasional Turki dan membentuk komite gabungan untuk menginvestigasi peristiwa 1915. Armenia tak pernah meresponnya. Sungguh menyedihkan Presiden Jow Biden mengabaikan upaya itu dan mengambil posisi yang tak bertanggung jawab," ujar Ibrahim Kalin menegaskan.
Baca juga: Dinyatakan Joe Biden Sebagai Genosida, Ini 5 Fakta Pembantaian Armenia 1915
ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA