TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Malaysia meminta negara-negara anggota ASEAN untuk tidak mengabaikan krisis Myanmar. Menurut Pemerintah Malaysia, jika krisis itu dibiarkan, maka yang akan dirugikan juga negara anggota ASEAN karena hal tersebut berdampak terhadap situasi regional. Malah, menurut Malaysia, mereka sudah terdampak oleh situasi di Myanmar.
"Kami khawatir situasi yang memburuk di Myanmar akan berdampak ke region lain seperti Malaysia," ujar Pemerintah Malaysia dalam pernyataan sikap di KTT ASEAN, Sabtu, 24 April 2021.
Dampak yang sudah dirasakan, kata Malaysia, adalah banyaknya pengungsi yang datang dari Myanmar. Jumlah mereka kurang lebih 200 ribu dan mereka berasal dari Rakhine State.
Menurut Pemerintah Malaysia, jika situasi di Myanmar kian memburuk, maka jumlah pengungsi akan terus bertambah. Padahal, di satu sisi, sumber daya dan kapasitas Malaysia juga terbatas, diperburuk dengan pandemi COVID-19. Oleh karenanya, kata Pemerintah Malaysia, krisis di Myanmar sebaiknya segera diakhiri.
"Pusat detensi kami sekarang sudah kepenuhan...Di Malaysia, mereka yang awalnya mengundang simpati, sekarang mulai memicu kemarahan dengan sentimen anti-pengungsi mulai meningkat," ujar Pemerintah Malaysia menyampaikan kekhawatirannya.
Pemerintah Malaysia melanjutkan, banyaknya pengungsi dari Myanmar juga bisa berkembang ke isu-isu lain. Misalkan tidak tertangani baik, mereka bisa menjadi korban perdagangan manusia ataupun perekrutan terorisme.
"Seiring dengan kembali ke normalitas (di Myanmar), kami berharap ada kelanjutan mekanisme repatriasi (untuk pengungsi) yang telah disepakati antara Bangladesh dan Myanmar," ujar Pemerintah Malaysia menambahkan.
Myanmar's junta chief Senior General Min Aung Hlaing (L) gestures as he is welcomed upon his arrival ahead of the ASEAN leaders' summit, at the Soekarno Hatta International airport in Tangerang, on the outskirts of Jakarta, Indonesia, April 24, 2021. Courtesy of Rusman/Indonesian Presidential Palace/Handout via REUTERS
Per berita ini ditulis, KTT ASEAN atau ASEAN Leaders Meeting telah rampung. Menurut Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi), pertemuan berakhir dengan konsensus upaya mengakhiri krisis Myanmar. Adapun poin-poin yang ditegaskan mulai dari penghentian kekerasan bersenjata, pembentukan dialog inklusif, hingga pemberian bantuan kemanusiaan ke Myanmar.
Sementara itu, situasi di Myanmar belum membaik. Jumlah korban jiwa dan warga yang dijadikan tahanan politik kian banyak. Untuk jumlah korban jiwa, misalnya, sudah mencapai 700 lebih dan diprediksi akan terus bertambah jika krisis Myanmar tak segera diakhiri.
Krisis itu sendiri dipicu kudeta yang dilakukan Militer Myanmar pada 1 Februari lalu. Panglima Militer Myanmar Min Aung Hlaing memerintahkan penangkapan pejabat-pejabat pemerintahan mulai dari Presiden Win Myint hingga Penasihat Negara Aung San Suu Kyi.
Ia menyakini para pejabat tersebut telah bermain curang di Pemilu Myanmar tahun lalu sehingga pantas untuk dikudeta. Adapun Min Aung Hlaing menjanjikan bakal ada pemilu baru untuk mencari pemimpin Myanmar yang "sah".
Min Aung Hlaing hadir dalam KTT ASEAN kali ini. Beberapa pihak menganggap hal itu sebagai momentum ASEAN untuk segera mencari solusi atas krisis Myanmar. Beberapa mengkritik kedatangannya, menyebut hal itu sama saja dengan ASEAN melegitimasi kepemimpinan junta Myanmar.
Baca juga: Jokowi: Para Pemimpin ASEAN Capai Konsensus Soal Krisis Myanmar
ISTMAN MP