TEMPO.CO, Jakarta - Mahamat Idriss Deby, 37 tahun, telah diprediksi akan mengambil alih kepemimpinan Chad dari ayahnya. Namun kematian ayahnya di medan tempur membuatnya memangku kepemimpinan lebih cepat dari yang diproyeksikan.
Chad adalah sebuah negara di wilayah tengah Afrika.
Pada Selasa, 20 April 2021, Mahamat Idriss Deby muncul di televisi nasional sebagai Presiden Chad yang baru, yang sekaligus menjabat sebagai panglima militer. Analis menilai, merangkap dua jabatan sekaligus akan menjadi tantangan besar bagi Mahamat Idriss Deby.
Presiden Chad Idriss Deby menghadiri sesi kerja KTT G5 Sahel di Nouakchott, Mauritania, 30 Juni 2020.[Ludovic Marin / Pool via REUTERS]
Sebagian besar pejabat senior di Chad, seusia ayahnya. Mahamat Idriss Deby atau yang dikenal dengan nama Mahamat Kaka, punya pengalaman militer namun dia harus segera memperlihatkan keberaniannya saat berbagai kelompok pemberontak meningkatkan tekanan mereka pada Pemerintah Chad.
“Kaka hanya memberi separuh dukungan pada Angkatan Darat Chad. Dia sosok yang muda dan tidak seperti ayahnya, yang tidak pernah menjadi seorang pemberontak,” kata Jerome Tubiana, analis.
Mahamat Idriss Deby naik jabatan menjadi Presiden Chad dalam tempo kurang dari 24 jam. Idriss Abderamane Dicko, jenderal yang pernah melayani pada era pemerintahan Idriss Deby, mengumumkan pengambil alihan ini. Dicko meyakinkan dia telah berbicara pada sebagian besar pejabat di Chad mengenai pengambil alihan ini.
“Hiu-hiu itu ada di sekitar Mahamat. Sudah ada pertengkaran di lingkaran dalam soal bagaimana membagi rampasan tersebut,” kata Roland Marchal dari National Centre for Scientific Research di Prancis.
Dalam penampilan pertamanya ke publik sejak mengambil alih jabatan, Mahamat Idriss Deby meyakinkan masyarakat Chad bahwa dewan militer tidak bermaksud memegang kekuasaan. Dia pun menjanjikan akan ada pemilu setelah 18 bulan priode transisi.
Baca juga: Presiden Chad Idriss Deby Meninggal Saat Kunjungi Pasukan di Medan Tempur
Sumber: reuters