TEMPO.CO, Jakarta - Thailand hampir menyelesaikan salah satu proyek pembangkit listrik tenaga hibrida hidro-surya terapung terbesar di dunia di permukaan bendungan, sebuah langkah untuk meningkatkan produksi energi terbarukan setelah bertahun-tahun dikritik karena ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Sekitar 144.417 panel surya sedang dipasang di waduk di provinsi timur laut Ubon Ratchathani, di mana para pekerja sedang menyelesaikan tujuh bidang tenaga surya terakhir yang mencakup 121 hektar air.
Dikutip dari Reuters, 20 April 2021, Otoritas Pembangkit Listrik Thailand (EGAT) yang dikelola negara mengatakan proyek percontohan sebagai salah satu proyek pembangkit listrik tenaga hibrida hidro-surya terbesar di dunia. EGAT juga berencana membangun proyek serupa di delapan bendungan lain selama 16 tahun ke depan.
"Ketika semua proyek selesai di setiap bendungan, kami akan memiliki total kapasitas untuk menghasilkan 2.725 megawatt," kata kepala proyek Chanin Saleechan.
Thailand telah lama mengandalkan batu bara untuk pembangkit listrik, tetapi rencana untuk proyek berbahan bakar batu bara baru mendapat tentangan karena risiko kesehatan dan lingkungan, dan dua pembangunan pabrik batu bara di selatan yang diusulkan ditunda pada 2018.
Pembangkit listrik tenaga hibrida hidro-surya bertujuan untuk mencapai 35% energinya dari bahan bakar non-fosil pada 2037, menurut Rencana Pengembangan Energi Thailand.
Pekerja berjalan di antara panel sel surya di atas permukaan air Bendungan Sirindhorn di Ubon Ratchathani, Thailand 8 April 2021. [REUTERS / Prapan Chankaew]
Sejak November, EGAT telah membangun platform surya terapung di bendungan Sirindhorn, salah satu situs pembangkit listrik tenaga air terbesar di Thailand, yang dikatakan mampu menghasilkan tenaga 45 megawatt.
Sistem Manajemen Energi akan digunakan bergantian antara tenaga surya dan tenaga air, bergantung pada sistem mana yang dapat menghasilkan lebih banyak listrik. Sistem hibrida, menurut Chanin, memungkinkan pembangkit listrik beroperasi secara terus menerus.
Seorang pekerja berlutut di dekat salah satu panel sel surya di atas permukaan air Bendungan Sirindhorn di Ubon Ratchathani, Thailand 8 April 2021.[REUTERS / Prapan Chankaew]
Pada Agustus 2020, Gubernur EGAT Viboon Rerksirathai, seperti dilaporkan Bangkok Post, mengatakan bahwa utilitas negara memiliki cadangan daya 40% dari total kapasitas, tetapi berencana untuk mengurangi cadangan tersebut menjadi 15% untuk mengekang biaya listrik yang tinggi.
Witoon Permpongsacharoen, direktur kelompok non-pemerintah yang berbasis di Bangkok, Energy and Ecology Network, mengatakan rencana pembangkit listrik tenaga hibrida hidro-surya terapung dapat menciptakan kelebihan kapasitas yang tidak perlu dan berpotensi mahal.
"Persoalannya di sini, cadangan listriknya tinggi, sehingga investasi untuk green energy ini dilakukan tanpa mempertimbangkan permintaan," ujarnya.
"Tentu kami mendukung investasi pada energi terbarukan daripada bahan bakar fosil, tapi prioritas kami juga efisiensi energi," kata Witoon Permpongsacharoen.
Baca juga: Perusahaan Bir Berikan Bir Gratis ke Rumah yang Surplus Listrik Tenaga Surya
REUTERS