TEMPO.CO, Jakarta - Jaksa penuntut di Moskow meminta pengadilan untuk mencap kelompok anti-korupsi Alexei Navalny sebagai organisasi terlarang. Jaksa menuntut agar pengadilan melarang mereka melakukan kegiatan.
Langkah tersebut, jika disetujui, akan menandai salah satu langkah paling serius yang diambil oleh adminsitrasi Presiden Vladimir Putin terhadap kelompok Alexei Navalny. Aktivis yang menginisiasi kegiatan kelompok itu dapat dipenjara hingga 10 tahun, orang yang terlibat di dalamnya dapat dipidana, dan rekening mereka dapat diblokir.
Jaksa penuntut negara Moskow mengatakan telah memutuskan untuk mengajukan banding ke pengadilan setelah mempelajari Yayasan Anti-korupsi Navalny dan kelompok kampanye yang ia bangun di berbagai wilayah Rusia.
"Dengan kedok slogan liberal, organisasi-organisasi ini terlibat dalam membentuk kondisi untuk mengguncang stabilitas sosial dan politik Rusia," kata jaksa dalam sebuah pernyataan di situsnya, dikutip dari Reuters, Jumat, 16 April 2021.
"Secara efektif tujuan dari kegiatan mereka adalah untuk menciptakan kondisi untuk mengubah dasar tatanan konstitusional, termasuk dengan menggunakan skenario 'revolusi warna'," kata dia melanjutkan.
Sebagai kritikus Putin yang blak-blakan selama bertahun-tahun, Navalny telah mengorganisir protes jalanan anti-Kremlin secara nasional. Ia juga menggalang pengikut secara daring untuk menyelidiki dugaan korupsi pejabat senior Rusia.
Sebagian besar sekutunya yang paling menonjol berada di luar negeri atau di Rusia sembil menghadapi dakwaan atas pelanggaran yang berkaitan dengan serangkaian demonstrasi nasional. Salah seorang juru kamera organisasi Navalny bahkan baru saja divonis dua tahun penjara dengan tuduhan menghasut ekstrimisme.
Sebagai catatan, saat ini Navalny berada di penjara karena pelanggaran pembebasan bersyarat yang katanya dibuat-buat. Dia ditangkap pada Februari lalu di perbatasan ketika kembali dari Jerman. Saat itu, ia baru saja usai menjalani pengobatan usai nyaris mati karena racun Novichok.
Baca juga: Tak Diizinkan Baca Al-Qur'an, Pemimpin Oposisi Rusia Protes
ROSSENO AJI | REUTERS