TEMPO.CO, Jakarta - Italia menjadi negara berikutnya yang menahan penggunaan vaksin COVID-19 Johnson & Johnson karena isu pembekuan darah. Dikutip dari Channel News Asia, Italia menahan distribusi maupun penggunaan vaksin Johnson & Johnson sebanyak 184 ribu dosis. Padahal, supplai tersebut baru saja tiba di Italia pada Selasa kemarin dari Amerika.
Otoritas kesehatan Italia berjanji akan segera memberi kepastian perihal sampai kapan penahanan dilakukan. Mereka mengaku tengah menunggu rekomendasi dari Agensi Obat-obatan Eropa (EMA) yang menargetkan kajian soal vaksin Johnson & Johnson dan pembekuan darah selesai pekan depan. Di sisi lain, penggunaan pada kelompok usia 60+ tengah dipertimbangkan.
"Menurut saya pribadi, vaksin COVID-19 ini harus digunakan karena penting dan apa yang terjadi di Amerika lebih sebagai peringatan saja...Kami berharap isu ini bisa segera dituntaskan," ujar Menteri Kesehatan Italia, Roberto Speranza, Rabu, 14 April 2021.
Selain Italia, negara yang juga menahan penggunaan vaksin Johnson & Johnson adalah Yunani dan Afrika Selatan. Khusus Afrika Selatan, yang diterpa varian baru COVID-19, ini menjadi kali keduanya mereka menahan rencana penggunaan vaksin COVID-19. Sebelumnya, mereka menahan, bahkan membatalkan, penggunaan vaksin AstraZeneca.
Botol dan jarum suntik terlihat di depan logo Johnson & Johnson yang ditampilkan dalam ilustrasi yang diambil pada 11 Januari 2021. [REUTERS / Dado Ruvic / Ilustrasi]
Berbeda dengan ketiga negara yang disebutkan sebelumnya, Prancis dan Belgia memutuskan untuk tetap lanjut menggunakan vaksin Johnson & Johnson.
Selama ini, vaksin Johnson & Johnson dianggap bakal membantu percepatan kampanye vaksinasi di berbagai negara. Sebab, petugas medis hanya perlu menyuntikkan satu dosis vaksin Johnson & Johnson di saat kebanyakan vaksin COVID-19 lain harus dua dosis.
Adapun kasus pembekuan darah oleh vaksin Johnson & Johnson diungkap oleh otoritas kesehatan Amerika. Kemarin, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) serta Badan Regulator Obat-obatan dan Makanan (FDA) Amerika menyatakan telah menemukan enam kasus pembekuan darah dari 6,8 juta oran penerima vaksin Johnson & Johnson. Keenamnya berada di kelompok usia 18-48 tahun.
Sebagai catatan, Johnson & Johnson memakai teknologi vaksin yang sama dengan AstraZeneca yaitu Adenovirus. Teknologi tersebut menonjolkan penggunaan virus jinak yang akan memicu immune tubuh terhadap virus COVID-19. Sebagaimana diketahui, vaksin COVID-19 AstraZeneca juga diterpa kasus pembekuan darah sehingga penggunaannya dibatasi ke kelompok lansia di berbagai negara.
Baca juga: Johnson & Johnson Respon Rekomendasi Jangan Pakai Vaksin COVID-19 Buatannya
ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA