TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Bulgaria Boyko Borissov meyakinkan tidak akan mencalonkan diri untuk memimpin pemerintahan. Hal itu disampaikan setelah Partai sayap kanan-tengah GERB mencoba membentuk pemerintahan usai memenangkan kursi mayoritas dalam pemilu 4 April 2021 lalu.
Borissov telah menjadi Perdana Menteri Bulgaria dengan masa jabatan terlama, yakni sejak 2014. Menurut Borissov, dia akan mengajukan nama seorang kandidat untuk menjadi Perdana Menteri Bulgaria, yang punya orientasi yang jelas mengenai Eropa dan NATO. Namun Borissov masih enggan membocorkan nama tersebut.
Perdana Menteri Bulgaria Boiko Borisov. REUTERS/Julia Lazarova
GERB adalah partai berkuasa di Bulgaria. Dalam pemilu minggu lalu, partai ini memenangkan lebih dari 44 persen suara. Raihan itu turun sampai lebih dari 33 persen jika dibanding perolehan suara GERB pada pemilu empat tahun lalu.
Penurunan itu diduga lantaran akibat ketidakpuasan terhadap cara penanganan pemerintah Borissov mengatasi pandemi Covid-19 dan caranya melawan korupsi.
Dalam pemilu 4 April lalu, beberapa partai baru dan partai-partai populis tampak mendapat dukungan suara. Sedangkan partai koalisi pemerintah saat ini tidak mendapatkan raihan suara yang memuaskan. Itu artinya GERB dan Perdana Menteri Borissov akan kesulitan membentuk pemerintahan yang baru.
Salah satu mitra koalisi GERB, yakni United Patriots harus kehilangan total 21 kursi parlemen yang dia punya saat ini setelah hanya bisa meraih 2,7 persen suara dalam pemilu 4 April lalu. Di Bulgaria, untuk bisa mendapatkan kursi di parlemen, sebuah partai minimal harus mendapatkan 4 persen suara pemilu.
Baca juga: Bulgaria Melakukan Pemilu Parlemen
Sumber: Reuters | emerging-europe.com