TEMPO.CO, Jakarta - Klaim Rusia soal tidak memiliki niatan berperang dengan Ukraina diragukan. Berbagai pihak, termasuk NATO, menyakini Rusia sengaja mengkonsentrasikan puluhan ribu tentaranya di perbatasan Ukraina dan Krimea untuk memicu perang di sana. Dengan begitu, Rusia bisa mengambil alih wilayah yang diduki kelompok separatis pro Kremlin.
Sekjen NATO, Jens Stoltenberg, meminta Rusia untuk segera menarik mundur pasukannya jika memang tidak memiliki niat untuk berperang. Menurutnya, penampatan puluhan ribu tentara Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina dan Krimea tidak beralasan dan jelas terlihat mereka pasukan yang siap bertempur.
"Rusia harus segera mengakhiri konsentrasi personil militer di sekitar Ukraina ini. Hentikan provokasi dan lakukan de-eskalasi. Penempatan tentara ini jelas mengkhawatirkan," ujar Stoltenberg, Rabu, 14 April 2021.
Diberitakan sebelumnya, sejak pekan lalu Rusia mengerahkan kurang lebih 80 ribu pasukannya ke perbatasan timur Ukraina serta Krimea. Masing-masing wilayah mendapat 40 ribu pasukan, lengkap dengan alutsista dan persenjataan.
Ukraina khawatir penempatan tersebut untuk mendukung kelompok separatis pro-Rusia yang berada di dua lokasi, Donetsk dan Luhansk. Sebab, meski gencatan senjata diteken Juli lalu, kelompok separatis masih kerap bertempur dengan penjaga-penjaga perbatasan Ukraina. Per Ahad kemarin, klaim Ukraina, 27 tentara mereka tewas dibunuh kelompok separatis.
Anggota unit pertahanan diri pro-Rusia berdiri dalam formasi saat mereka mengambil sumpah kepada pemerintah Krimea di Simferopol (10/3). Pasukan Rusia posisinya di semenanjung Krimea Ukraina pada Senin, mengambil alih sebuah rumah sakit militer dan pangkalan rudal. REUTERS/Vasily Fedosenko
Untuk mendapat kejelasan, Ukraina mengklaim telah meminta informasi ke Rusia. Namun, menurut keterangan Ukraina, Rusia enggan memberikan informasi yang substansial. Sementara itu, Rusia menyatakan mereka tidak ada niatan berperang dan penempatan pasukan di perbatasan lebih untuk keamanan atau latihan militer. Walau begitu, mereka mengancam tak akan tinggal diam jika terjadi sesuatu pada tentara separatis pro-Rusia di Ukraina.
Merespon kecaman dari NATO, Deputi Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov balik menuduh NATO dan Amerika lah yang berusaha mencari gara-gara dengan Rusia. Menurutnya, kedua pihak membuat Ukraina menjadi ancaman terhadap Rusia dengan meningkatkan suplai persenjataan ke sana.
"Dukungan pertahanan yang diberikan Amerika ke Kiev (Ukraina) menjadi ancaman besar kepada Rusia. Rusia akan melakukan apapun untuk merespon eskalasi di Donbass (Donetsk dan Luhansk)," uajr Ryabkov.
Sementara itu, menurut laporan Reuters, Rusia telah mengirimkan pesan ke NATO dan Amerika untuk tidak mengambil langkah apapun yang menimbulkan eskalasi. Hal itu mulai dari pengiriman kapal perang ke Laut Hitam (dekat Ukraina) ataupun memberikan sanksi ke Rusia.
Baca juga: Pakar: Tempatkan 80 Ribu Tentara di Ukraina dan Krimea, Rusia Sinyalkan Perang
ISTMAN MP | REUTERS