TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Filipina dan AS memulai latihan militer bersama selama dua minggu pada Senin ketika ketegangan di Laut Cina Selatan memanas setelah ratusan kapal Cina memasuki perairan Zona Ekonomi Eksklusif Filipina.
Kedua negara melanjutkan latihan yang ditunda tahun lalu karena pandemi, setelah Manila baru-baru ini menuduh Cina melakukan serangan teritorial, mengatakan ratusan kapal Cina yang diawaki oleh milisi memasuki Laut China Selatan.
Namun, para diplomat Cina mengatakan kapal-kapal itu hanya berlindung dari laut yang ganas dan tidak ada milisi di dalamnya.
Pejabat militer Filipina mengatakan latihan tempur Balikatan (bahu-membahu) yang berakhir pada 23 April, akan melibatkan latihan dalam kelas dan simulasi daripada latihan lapangan.
Protokol jarak sosial secara signifikan memangkas jumlah pasukan yang berpartisipasi menjadi hampir seribu dari rencana hampir 8.000 pada tahun-tahun sebelumnya.
Semua latihan darat dibatalkan kecuali untuk latihan tembak langsung yang tidak melibatkan tatap muka, kata Mayor Jenderal Edgard Arevalo, direktur latihan, dalam pidatonya.
Dalam pidato yang dibacakan oleh wakilnya, Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan, latihan bersama itu akan memperkuat kemampuan Filipina menangani tantangan keamanan tradisional dan non-tradisional di tengah situasi yang semakin kompleks di wilayah Laut Cina Selatan.
Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) dan Militer Amerika Serikat membuka Latihan Militer Bersama Balikatan ke-36 (BK36-21) dengan upacara di Camp Aguinaldo, Kota Quezon, Metro Manila, Filipina, 12 April 2021. [Angkatan Bersenjata Filipina (AFP ) / Selebaran melalui REUTERS]
Lorenzana dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengadakan panggilan telepon pada hari Minggu untuk membahas latihan, situasi di Laut China Selatan, dan perkembangan keamanan regional baru-baru ini.
Kedua menteri pertahanan juga menegaskan kembali pentingnya Visiting Forces Agreement (VFA) antara kedua negara, yang memberikan kerangka hukum di mana pasukan AS dapat beroperasi secara bergilir di Filipina.
Presiden Filipina Rorigo Duterte mengatakan Amerika Serikat harus membayar lebih jika ingin mempertahankan VFA, yang dia batalkan secara sepihak tahun lalu sebagai tanggapan AS menolak visa sekutu politiknya.
Baca juga: Perairannya Diganggu Kapal Cina, Filipina Mau Latihan Militer Lagi dengan AS
REUTERS