TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan orang di London menikmati makan dan minum bersama untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan ketika pemerintah melonggarkan lockdown setelah program vaksinasi Covid-19 Inggris yang dianggap sukses.
Pemerintahan Perdana menteri Boris Johnson mengizinkan pub dan restoran untuk melayani kelompok kecil pelanggan di luar ruangan.
Bar Skylight di timur ibu kota dipenuhi dengan obrolan dan tawa, menyambut normalisasi Inggris yang telah mengalami salah satu lockdown terpanjang di dunia.
"Yang terbaik yang pernah saya rasakan," kata Chloe Hicks, seorang mahasiswi, ketika ditanya bagaimana rasanya bertemu dengan teman sambil minum. "Senang rasanya bisa kembali keluar dan bersama semua orang."
Matt Culhan mengatakan dia melakukan perjalanan dari Ipswich, sekitar 100 km timur laut ibu kota, untuk ikut bersenang-senang dan kumpul.
"Saya sedang bersenang-senang - di sini lebih terasa nuansanya," katanya. "Semua orang bersenang-senang. Sangat menyenangkan. Benar-benar indah."
Orang-orang duduk di bar atap Skylight setelah pembatasan lockdown Covid-19 dilonggarkan pemerintah di London, Inggris, 12 April 2021.[REUTERS/Dylan Martinez]
Dikutip dari Reuters, 13 April 2021, toko-toko dan penata rambut juga diizinkan buka, karena bisnis Inggris berusaha melepaskan diri dari pandemi dan kembali beroperasi setelah lockdown. Sektor perhotelan termasuk yang paling terpukul.
Sebagian besar pengunjung Skylight mengatakan bahwa mereka puas dengan tindakan pencegahan keamanan yang diberlakukan.
Skylight beroperasi dengan kapasitas 50% karena aturan jarak sosial dan mengharuskan orang untuk memindai aplikasi pelacakan Covid-19 nasional pada saat kedatangan mereka. Masker juga tetap harus dipakai sampai orang-orang duduk di meja mereka.
"Sebagai profesional perhotelan, kami hanya ingin melakukan segala yang kami bisa untuk menyediakan lingkungan bagi orang-orang untuk mendapatkan waktu yang aman dan menyenangkan. Dan semoga itu terus berlanjut," kata Paddy Ratcliffe, manajer operasi komersial di Skylight.
Skylight mencatat sekitar 800 pelanggan pada hari Senin dan sekitar 4.500 untuk minggu ini.
Orang-orang berjalan di trotoar setelah pemerintah melonggarkan lockdown Covid-19 di London, Inggris 12 April 2021. [REUTERS / Henry Nicholls]
Setelah memberlakukan pembatasan paling berat dalam sejarah masa damai Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan pembukaan kembali adalah "langkah besar" menuju kebebasan, tetapi mendesak orang agar tetap berperilaku bertanggung jawab karena virus corona masih menjadi ancaman.
Boris Johnson, dengan gaya rambut acak-acakan yang telah menjadi tampilan khasnya, adalah satu dari ribuan orang yang berbondong-bondong ke penata rambut dan tukang cukur untuk memotong rambut pada hari Senin, setelah menunggu sejak awal Januari ketika lockdown terbaru diberlakukan.
Di London utara, Maggie Grieve membuka kembali salon penata rambut Beaucatcher untuk menangani daftar panjang pemesanan.
"Saya sangat senang melihat klien saya: untuk melihat bagaimana perasaan mereka setelah rambutnya ditata," kata Maggie Grieve, yang mengelola penata rambut Beaucatcher di London utara, mengatakan kepada Reuters.
Sementara itu Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara dibuka kembali dengan jadwal yang berbeda, ditentukan oleh pemerintah masing-masing. Toko non-esensial, seperti ritel fashion dan mode, dibuka kembali di Wales serta Inggris pada hari Senin, meskipun toko-toko di Skotlandia harus menunggu hingga 26 April.
Pub dan restoran hanya dapat melayani di luar ruangan mulai hari Senin, dengan layanan dalam ruangan tidak diperbolehkan hingga 17 Mei paling awal.
Membuat orang berbelanja lagi sangat penting untuk pemulihan ekonomi Inggris, setelah data resmi menunjukkan bahwa 2020 adalah tahun terburuk bagi ekonomi Inggris dalam lebih dari tiga abad dengan penurunan 9,8% dalam produk domestik bruto.
Boris Johnson ingin mengembalikan kebebasan kepada orang-orang, tetapi setelah dikritik karena bergerak terlalu lambat tahun lalu dan kemudian karena melepaskan pembatasan terlalu cepat, ia telah mengadopsi pelonggaran yang lebih hati-hati.
Dengan lebih dari 127.000 kematian, Inggris Raya memiliki jumlah kematian tertinggi kelima di dunia akibat Covid-19.
Ratusan ribu bisnis telah ditutup sejak awal Januari ketika Inggris memasuki lockdown ketiga untuk membendung lonjakan infeksi yang didorong oleh varian virus "Kent".
Tetapi program vaksinasi Covid-19 cepat yang telah memberikan suntikan pertama kepada lebih dari setengah orang dewasa Inggris, telah membantu mengurangi kematian Covid-19 lebih dari 95% dan mengurangi kasus infeksi Covid-19 lebih dari 90% dari puncaknya pada Januari, membuka jalan untuk pembukaan kembali dari lockdown.
Baca juga: Warga Indonesia Ikut Vaksinasi COVID-19 di Amerika, Ini Pengalamannya
REUTERS