TEMPO.CO, Jakarta - Sembilan belas orang telah dijatuhi hukuman mati oleh junta militer Myanmar karena membunuh seorang rekan kapten militer di distrik Yangon, stasiun televisi milik militer Myawaddy mengatakan pada hari Jumat.
Myawaddy TV juga melaporkan 17 orang dijatuhi hukuman in absentia, dikutip dari Reuters, 10 April 2021.
Itu adalah vonis pertama yang diumumkan di depan umum sejak kudeta militer 1 Februari. Televisi mengatakan pembunuhan itu terjadi di distrik Okkalapa Utara di kota terbesar Myanmar. Darurat militer telah diberlakukan di distrik tersebut, yang memungkinkan pengadilan militer mengumumkan hukuman.
Tangkapan layar dari siaran televisi pemerintah Myanmar mulai 3 Februari 2021 menunjukkan Jenderal Min Aung Hlaing berbicara selama pertemuan. [MRTV / Handout melalui REUTERS]
Dalam wawancara dengan CNN pada 4 April yang ditayangkan Jumat kemarin, militer Myanmar menolak bertanggungjawab atas pembunuhan warga sipil, termasuk anak-anak.
Juru bicara militer Myanmar, Brigadir Jenderal Zaw Min Tun, justru para demonstran yang seharusnya bertanggung jawab karena mereka melibatkan anak-anak dalam unjuk rasa.
Baca juga: Militer Myanmar Menolak Bertanggung Jawab Atas Pembunuhan Anak-anak
PBB mencatat puluhan anak meninggal selama kudeta Myanmar berlangsung. Total 46 anak dibunuh personel Militer myanmar ketika berita wawancara CNN dirilis. Anak-anak itu dibunuh di dalam rumah atau di luar rumah ketika mereka bermain.
Kelompok aktivis Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) mengatakan 614 orang, termasuk 48 anak-anak Myanmar, telah dibunuh oleh pasukan keamanan junta militer sejak kudeta 1 Februari pada Kamis malam, dan Lebih dari 2.800 orang ditahan.