TEMPO.CO, Jakarta - Vadim Kobzev pengacara Alexei Navalny pada Rabu, 7 April 2021 mengungkap kesehatan kliennya menurun. Bobot tubuh Navalny turun sampai dua kilogram dalam sehari setelah dia menjalani aksi mogok makan.
Navalny, 44 tahun, adalah oposisi berpengaruh di Rusia dan dia dikenal suka mengkritik pemerintah (Kremlin). Dia melakukan aksi mogok makan sejak akhir pekan lalu untuk memprotes penolakan dari otoritas penjara. Navalny meminta otoritas penjara agar memberinya perlakuan yang sepatutnya mengingat dia menderita sakit punggung dan kaki.
Navalny juga baru pulih dari upaya memberinya racun. Kejadian itu terjadi sebelum Navalny dijebloskan ke penjara pada Februari 2021 lalu untuk menjalani total hukuman 2,5 tahun penjara.
Baca juga: Rusia Pastikan Alexei Navalny Diperlakukan Baik di Penjara
Tokoh oposisi Rusia Alexei Navalny ditahan polisi. [The New Yorker]
Kobzev mengatakan kliennya di diagnosa mengalami hernia tulang belakang atau herniated spinal discs.
“Alexei masih bisa berjalan, namun dia merasakan nyeri yang teramat sangat setiap kali berjalan. Ini hal yang sungguh mengkhawatirkan. Penyakit ini terus menyebar, seperti membuat kakinya jadi kebas (mati rasa), di bagian telapak kaki dan pergelangan tangan,” kata Kobzev.
Dalam sebuah unggahan di Instagram, Navalny mengatakan otoritas penjara telah mencoba merusak aksi mogok makan yang dilakukannya dengan memanggang ayam di dekatnya. Navalny juga mengalami demam dan batuk yang parah.
Navalny mengeluh dia mengalami nyeri di bagian punggung dan kaki, namun otoritas menolak memberikan akses pengobatan ke dokter yang dipilih Navalny. Otoritas penjara juga menolak memberikan obat-obatan yang tepat untuk kondisi Navalny
Pada Rabu, 7 April 2021, Gedung Putih mengatakan laporan-laporan soal kondisi Navalny yang memburuk sungguh mengkhawatirkan. Gedung Putih mendesak otoritas Rusia untuk memastikan Navalny dalam kondisi aman dan sehat.
Kelompok HAM Amnesti Internasional pada Rabu pagi, 7 April 2021 menyatakan Navalny berada dalam penjara dalam kondisi sakit sehingga penderitaan yang dialaminya mungkin bisa membunuhnya secara perlahan.
Sumber: Reuters