TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa negara Eropa sedang mempertimbangkan untuk mencampur vaksin Covid-19 merek lain untuk warga yang sudah menerima dosis pertama vaksin AstraZeneca, karena kasus pembekuan darah yang mengubah aturan penggunaan AstraZeneca.
Program vaksinasi terganggu setelah sejumlah kecil laporan penerima suntikan AstraZeneca mengalami pembekuan darah, menyebabkan beberapa negara di seluruh dunia menghentikan penggunaannya.
Seorang pejabat senior European Medicines Agency (EMA) mengatakan pada Selasa, ada hubungan antara vaksin dan pembekuan darah langka di otak tetapi kemungkinan penyebabnya masih belum diketahui.
EMA mengatakan sedang melakukan peninjauan vaksin AstraZeneca.
AstraZeneca sebelumnya mengatakan bahwa studinya tidak menemukan risiko penggumpalan yang lebih tinggi karena vaksinnya.
Sejumlah negara kembali menggunakan vaksin AstraZeneca, dan beberapa di antaranya memberlakukan batasan usia penerima.
Namun ada satu masalah yang mengganggu para pejabat, yakni apa yang harus dilakukan untuk orang yang sudah menerima dosis pertama AstraZeneca tetapi tidak lagi memenuhi syarat berdasarkan aturan baru.
Meski jumlahnya kecil dibandingkan dengan puluhan juta yang sudah diinokulasi di seluruh Eropa, keputusan tersebut penting karena belum diuji dalam uji coba manusia tahap akhir.
Dikutip dari Reuters, 7 April 2021, setiap perbedaan pada otorisasi pemasaran EMA juga akan dianggap sebagai "penggunaan di luar label", yang berarti hal itu tidak akan disetujui oleh regulator dan membuat masing-masing negara bertanggung jawab atas kemungkinan efek samping.
EMA tidak segera berkomentar ketika ditanya tentang mencampur vaksin.
Beberapa ahli mengatakan bahwa, karena semua vaksin menargetkan protein "lonjakan" luar virus yang sama, vaksin-vaksin itu dapat bekerja sama untuk melatih tubuh melawan virus. Namun tidak ada bukti bahwa ini akan seefektif itu.
Jerman adalah negara Eropa pertama yang merekomendasikan pada 1 April, orang yang berusia di bawah 60 tahun yang telah mendapatkan suntikan AstraZeneca pertama, harus menerima produk yang berbeda untuk dosis kedua mereka.
Norwegia akan memutuskan apakah akan melanjutkan menggunakan vaksin AstraZeneca atau mengandalkan alternatif sebelum 15 April.
"Hasilnya adalah Anda mendapatkan satu vaksin, vaksin AstraZeneca...atau Anda mendapatkan vaksin penguat dengan jenis vaksin lain," kata Sara Viksmoen Watle, seorang dokter senior di Institut Kesehatan Masyarakat Norwegia kepada Reuters.
Otoritas Norwegia juga menunggu hasil uji coba di Inggris yang diluncurkan pada Februari untuk mengeksplorasi dosis pencampuran vaksin Pfizer dan AstraZeneca.
Botol berlabel stiker rusak "AstraZeneca COVID-19 Coronavirus Vaccine" terlihat di depan bendera Denmark yang dipajang dalam ilustrasi yang ditampilkan pada 15 Maret 2021. [REUTERS / Dado Ruvic / Ilustrasi]
Inggris mengatakan akhir tahun lalu akan mengizinkan orang diberi suntikan vaksin Covid-19 yang berbeda pada kesempatan langka, tetapi sejauh ini belum ada yang melakukannya.
Finlandia, yang kembali menggunakan vaksin AstraZeneca mulai 29 Maret, tetapi hanya akan memberikannya kepada orang yang berusia 65 tahun ke atas, mengatakan akan menunggu kesimpulan EMA sebelum membuat rekomendasi.
Di Prancis, di mana vaksin sekarang hanya dapat digunakan untuk mereka yang berusia 55 tahun atau lebih, masalah tersebut berdampak pada ratusan ribu orang.
Baca juga: Inggris Pertimbangkan Larang Vaksin AstraZeneca untuk Kalangan Muda
Badan penasihat kesehatan teratas yang bertugas menentukan penggunaan vaksin, Haute Autorité de la Santé (HAS), juga mempertimbangkan untuk mencampur vaksin messengerRNA (mRNA) yang diproduksi oleh Pfizer-BioNTech atau Moderna sebagai dosis kedua, menurut dua sumber mengetahui rencana HAS.
Namun, keputusan resmi belum diambil apakah akan mencampur vaksin AstraZeneca dengan vaksin Covid-19 lain, karena para ahli menunggu lebih banyak data, terutama dari Inggris, kata salah satu sumber.
REUTERS