TEMPO.CO, Jakarta - Demonstran Myanmar mengecat jalan Yangon dengan warna merah pada Selasa untuk mengenang ratusan martir yang dibunuh oleh aparat junta militer.
Para demonstran di Yangon bangun pagi-pagi buta untuk menyemprot dan memercik trotoar, jalan, dan halte bus, dengan cat merah sebagai protes atas tindakan keras yang dilakukan oleh pasukan keamanan.
"Darahnya belum kering," kata salah satu pesan dengan warna merah, dikutip dari Reuters, 6 April 2021.
Coretan merah lainnya dioleskan di tempat halte bus untuk menyasar tentara berpangkat tinggi yang katanya dieksploitasi oleh para jenderal kleptokratis.
"Jangan membunuh orang hanya untuk gaji kecil serendah harga makanan anjing," katanya.
Kemarahan telah melanda Myanmar dalam dua bulan terakhir karena kembalinya pemerintahan militer dan berakhirnya era singkat reformasi demokrasi. Kudeta militer telah membawa kembali kekuasaan militer yang menindas pada 1962-2011.
Baca juga: Demonstran Myanmar Gunakan Telur Paskah untuk Lawan Kudeta
Beberapa pengunjuk rasa menyebut gerakan mereka sebagai "revolusi musim semi", yang ditandai dengan pawai jalanan, mogok kerja nasional, dan kampanye pembangkangan sipil yang bertujuan melumpuhkan aparat pemerintah.
Sekitar 570 orang telah terbunuh selama hampir dua bulan sejak para demonstran Myanmar turun ke jalan menentang kudeta militer pada 1 Februari, dan pasukan keamanan telah menangkap hampir 3.500 orang, dengan sekitar empat perlima dari mereka masih ditahan, menurut kelompok advokasi Association for Political Prisoners (AAPP) pada Selasa.
REUTERS