TEMPO.CO, Jakarta - PM Selandia Baru, Jacinda Ardern, menyatakan bahwa skema perjalanan (travel bubble) Australia - Selandia Baru tanpa karantina COVID-19 bisa menjadi yang pertama di dunia. Jika tidak ada halangan, hal tersebut bakal terwujud April ini seiring dengan makin terkendalinya pandemi COVID-19 di kedua negara serta makin kerasnya tekanan dari pelaku bisnis yang ingin segera memulihkan perekonomian mereka.
"Pendekan kesehatan publik yang kita pakai memungkinkan kita untuk mengambil langkah selanjutnya (travel bubble tanpa karantina) dan ini yang pertama di dunia," ujar Ardern, dikutip dari kantor berita Reuters, Selasa, 6 April 2021.
Per berita ini ditulis, baik Selandia Baru maupun Australia memang tergolong sukses dalam mengendalikan pandemi COVID-19 dibandingkan negara-negara terdekatnya. Hal itu dikarenakan kebijakan lockdown yang ketat untuk memutus rantai penyebaran virus COVID-19.
Menurut data WorldOMeter, Selandia Baru tercatat hanya memiliki 2.524 kasus dan 26 kematian akibat COVID-19. Dari angka tersebut, hanya 100 pasien yang statusnya belum sembuh.
Sementara itu, untuk Australia, mereka mencatatkan 29.364 kasus dan 909 kematian akibat COVID-19. Dalam 24 jam terakhir, hanya ada 7 kasus baru di Australia.
Jacinda Ardern tidak memberikan keterangan lebih lanjut soal kapan warga akan mendapat kepastian soal travel bubble bebas karantina COVID-19 tersebut. Namun, ia menjanjikan update terbaru pada hari ini usai rapat kabinet Selandia Baru.
Sementara itu, menurut laporan stasiun televisi lokal di Selandia Baru, 1 News, Ardern mengincar penerapan travel bubble bebas karantina itu pada pekan ini. Namun, 1 News melaporkan travel bubble bebas karantina itu tidak bersifat luas, namun spesifik untuk negara-negara bagian tertentu saja.
Tahun lalu, beberapa negara bagian Australia sudah membuka perbatasannya untuk warga Selandia Baru yang hendak berkunjung. Namun, pembukaan itu sifatnya hanya satu arah yang berarti warga Selandia Baru tidak akan bisa kembali ke negara asalnya sampai perbatasan dibuka. Hal itu mengacu pada situasi pandemi COVID-19 di Australia yang belum sepenuhnya terkendali saat itu.
Baca juga: Selandia Baru Kucurkan Rp52 M untuk Bantu Penanganan Covid-19 di Indonesia
ISTMAN MP | REUTERS