TEMPO.CO, - Pemerintah Sudan mengumumkan keadaan darurat di negara bagian Darfur Barat akibat perang antarsuku yang telah berlangsung selama tiga hari. Sedikitnya 40 orang tewas dan 58 luka-luka dalam perang yang terjadi di Kota Al-Junaynah atau El Geneina.
Dalam sebuah pernyataan pada Senin, komite keamanan dan pertahanan Sudan mengatakan telah memberi wewenang kepada pasukan untuk menguasai situasi dan melanjutkan kampanye pelucutan senjata secara paksa guna menghentikan peperangan.
Penduduk kota dan buletin keamanan internal PBB yang dilihat oleh Reuters melaporkan penggunaan persenjataan berat dan granat berpeluncur roket, dengan gambar dan video dari penduduk yang menunjukkan asap mengepul dari lingkungan kota.
“Kota ini penuh dengan penjahat bersenjata dan kami tidak melihat kehadiran militer nyata yang dapat melindungi warga sipil,” kata seorang warga dikutip dari Reuters, Selasa, 6 April 2021.
Insiden itu adalah yang terbaru dalam kebangkitan kembali kekerasan di wilayah Darfur sejak penandatanganan perjanjian perdamaian akhir tahun lalu dan penarikan pasukan penjaga perdamaian PBB.
Pada Januari, sedikitnya 129 orang tewas dan 108 ribu orang mengungsi setelah bentrokan serupa di El Geneina antara anggota suku Masalit dan suku Arab. Bala bantuan militer yang telah dibawa ke kota itu sebagian besar telah ditarik, kata penduduk kepada Reuters.
Pada Oktober, pemerintah transisi Sudan menandatangani perjanjian damai dengan beberapa kelompok pemberontak Darfur yang melawan pemimpin yang digulingkan, Presiden Omar al-Bashir.
Baca juga: 39 Tewas dan 79 Terluka Saat Orang Arab dan Non-Arab Bentrok di Sudan
Namun, serangan oleh anggota suku Arab Bashir yang dipersenjatai untuk melawan pemberontak telah meningkat, dan bentrokan antar suku telah meningkat di wilayah bersenjata berat itu.
Sebuah laporan PBB menemukan bahwa kelompok yang menandatangani perjanjian itu juga mulai merekrut pejuang di seluruh wilayah Sudan.
Pasukan perdamaian PBB mulai menarik diri pada awal tahun, dan pemerintah Sudan mengatakan pasukan penjaga perdamaian gabungan baru yang diamanatkan berdasarkan perjanjian akan dapat melindungi warga sipil. Tetapi banyak orang di Darfur mengatakan bahwa mereka merasa kurang aman.
Sumber: REUTERS