TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 100 ribu dosis vaksin virus corona Sputnik V dari Rusia, tiba di bandara Mitiga Tripoli, Libya pada Minggu, 4 April 2021. Kementerian Luar Negeri Libya menyebut itu adalah pengiriman gelombang pertama vaksin virus corona yang tiba di negara itu.
Menurut Pusat Pengendalian Penyakit Nasional, rata-rata ada sekitar seribu kasus baru positif Covid-19 di Libya. Kondisi ini telah menjadi pukulan telak bagi sektor kesehatan Libya yang bertahun-tahun di kecamuk konflik.
“Ini seperti tetesan air hujan. Terima kasih Tuhan, kami bisa mendistribusikan gelombang pertama vaksin virus corona. Pengiriman berikutnya akan tiba segera,” kata Perdana Menteri Libya sementara Abdulhamid Dbeibeh.
Pasukan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) dukungan PBB tampak mengenakan masker dalam genjatan senjata melawan Tentara Nasional Libya di garis depan Ain-Zara di Tripoli, Libya, 25 Maret 2020. Para tentara tersebut pun tampak mengenakan masker agar terhindar dari paparan virus Corona. Xinhua/Amru Salahuddien
Baca juga: WHO Minta Donasi Vaksin Virus Corona untuk Bantu Negara Miskin
Foto satu peti vaksin virus corona Sputnik V yang belum diturunkan dari sebuah pesawat kargo, diunggah oleh Kementerian Kesehatan Libya. Unggahan dalam foto itu tertulis, peti tersebut akan dipindahkan ke gudang Kementerian Kesehatan Libya sebelum didistribusikan.
Sebelumnya pada Februari 2021, Pusat Pengendalian Penyakit Nasional di Libya sudah menyuarakan kampanye imunisasi vaksin virus corona bagi mereka yang berusia 18 tahun ke atas. Sejauh ini, belum ada publikasi berapa orang yang sudah mendaftar untuk mendapatkan imunisasi vaksin virus corona. Libya memiliki populasi sekitar 6,5 juta jiwa.
Data terbaru memperlihatkan di Libya ada hampir 200 ribu kasus positif Covid-19 sejak wabah penyakit itu terjadi di sana. Dari jumlah tersebut, 2.684 kasus berakhir dengan kematian.
Libya dikecamuk oleh kekerasan selama hampir 10 tahun atau sejak 2011. Setelah pemerintahan Muammar Gfaddafi digulingkan, negara itu terbelah menjadi fraksi yang menguasai wilayah barat Libya dan lainnya menguasai timur Libya.
Perdana Menteri Dbeibeh pada akhir bulan lalu mendapat dukungan dari PBB untuk memimpin Libya. Dia mendapat mandat untuk meningkatkan pelayanan di Libya dan mempersiapkan pemilu pada Desember 2021.
Sumber: Reuters