TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah perusahaan bir di Australia punya cara unik untuk menyelamatkan bumi, yakni menawarkan bir untuk ditukar dengan kelebihan daya listrik tenaga surya di rumah.
Carlton and United Breweries (CUB) Asahi Group di Australia, menawarkan bir Victorian Bitter untuk rumah tangga yang surplus daya panel surya di atap rumah mereka.
Ini adalah upaya perusahaan bir CUB untuk membantu memenuhi target menggunakan 100% energi terbarukan pada tahun 2025. CUB juga telah memasang panel surya di tempat pembuatan birnya di Melbourne.
Pada akhirnya CUB punya ide untuk membeli kelebihan daya tenaga surya dari rumah tangga, bukan dengan uang tunai, tetapi dengan kaleng bir.
"Satu-satunya hal yang lebih baik daripada meminum Big Cold Beer di bawah terik matahari Australia adalah menghasilkan bir saat Anda melakukannya," kata Brian Phan, manajer umum pemasaran untuk Victoria Bitter, dikutip dari Reuters, 31 Maret 2021.
Peminum bir yang berminat harus beralih ke penyedia energi Diamond Energy untuk mendapatkan kesepakatan itu.
Baca juga: Produsen Nikel Asal Cina Ini Bakal Bangun PLTS di RI Paling Lambat Tahun 2026
Untuk setiap kredit AUS$ 30 (Rp 332 ribu) dari pelanggan Diamond Energy yang mendapat surplus aliran listrik tenaga surya, Asahi's Carlton & United Breweries akan mengirimkan satu dus bir, atau 24 kaleng bir, senilai AUS$ 50 (Rp 554 ribu) ke rumah pelanggan Diamond Energy tersebut.
Tawaran itu sepadan atau lebih baik dari tarif masuk (feed-in tariff) standar di seluruh negara bagian yang memenuhi syarat, kata Power Ledger, platform perdagangan energi yang mendukung blockchain, yang akan melacak berapa banyak daya yang disuplai pelanggan ke jaringan.
Tarif masuk atau feed-in tariff adalah pembayaran untuk kelebihan energi yang dihasilkan di rumah melalui teknologi seperti panel surya atau turbin angin, yang akan dikirim ke jaringan nasional, menurut Money Super Market.
"Anda dapat melihat berapa banyak botol bir yang Anda peroleh setiap 30 menit," kata Jemma Green, pendiri Power Ledger.
Tarif masuk listrik tenaga surya standar berkisar antara 6 sen/kilowatt jam (Rp 664 kilowatt/jam) dan 10,2 sen/kWh (Rp 1.107 kilowatt/jam), tergantung pada negara bagian masing-masing.
REUTERS