Bangunan sekolah berlantai tiga, La Promesse, runtuh saat pelajaran tengah berlangsung dan beberapa tembok serta puing-puing juga menghancurkan rumah-rumah penduduk di kawasan Nerettes dekat ibu kota Port-au-Prince.
"Tiga puluh orang terbunuh dan masih banyak lagi yang terkubur di puing-puing bangunan," kata Mayor Donald Hongitan dari Angkatan Darat Filipina, salah seorang anggota pasukan perdamaian PBB yang bersama polisi bahu membahu menyelamatkan para korban.
Di lokasi kejadian, tangisan dan teriakan orang tua yang putus asa menyertai proses pencarian sementara tubuh-tubuh tak bernyawa terbaring di dekat-dekat puing yang rubuh.
"Seperti gempa bumi," kata Mayor Jenderal Carlos dos Santos Cruz, komandan pasukan perdamaian PBB di Haiti.
Seorang bocah lelaki yang kakinya terjepit reruntuhan memohon agar para petugas penyelamat untuk "tolong potong kaki saya", kata seorang petugas pemadam kebakaran kepada kantor berita Reuters.
Kepala polisi Carl Henry Boucher mengatakan lebih dari 25 orang berada di rumah sakit dalam kondisi serius.
Jalanan di sekitar sekolah macet total dipenuhi masyarakat yang mencari orang-orang yang dicintainya. "Anak saya berusia 15 tahun, dia tewas. Dia anak saya satu-satunya," kata Josiane Dandin, 40 tahun. "Tak tahu apa lagi yang harus saya lakukan sekarang."
Perempuan lain meneriakkkan nama anak perempuannya yang masih berusia 12 tahun. "Saya tak tahu apakah dia meninggal atau masih hidup," katanya.
Lebih dari 9 ribu pasukan multinasional dan polisi dalam pasukan perdamaian PBB dikirimkan untuk menstabilkan negeri itu setelah mantan presiden Haiti terguling dalam pemberontakan berdarah pada 2004.
Seperti negara-negara di kawasan Karibia lainnya, Haiti juga mengalami kekurangan peralatan yang memadai. Haiti masih berjuang memulihkan kehancuran akibat topan dan hurikan tropis yang menghantam negara tersebut tahun ini, yang membunuh lebih dari 800 orang.
"Kami tak punya angka, namun sepertinya sangat tinggi," kata CNN mengutip pernyataan Presiden Palang Merah Haiti Michaele Gedeon saat ditanya mengenai jumlah korban. "Yang kami butuhkan sekarang adalah alat-alat pencari berat dan perlengkapan penyelamatan."
Bobby Chandra