TEMPO.CO, - Aktivis pro-demokrasi Myanmar berencana melakukan demonstrasi besar-besaran pada hari ini sebagai bentuk protes terhadap kudeta militer. Foto-foto di media sosial menunjukkan beberapa protes kecil sudah dimulai sejak Kamis pagi.
Rencana protes besar ini dipicu keberhasilan aksi pemogokan diam-diam kemarin yang membuat seluruh bisnis di negara itu tutup. "Badai terkuat datang setelah keheningan," kata pemimpin protes Ei Thinzar Maung dalam sebuah posting media sosial dikutip dari Reuters, Kamis, 25 Maret 2021.
Sebelumnya para demonstran Myanmar memilih mengubah cara mereka dalam menentang kudeta dengan melakukan pemogokan diam-diam kemarin. Alhasil daerah pusat komersial yang biasanya ramai seperti Yangon di selatan dan Monywa di Myanmar tengah menjadi sepi.
Di Thanlyin di pinggiran Yangon, pengunjuk rasa berkumpul sejak pagi dan mengangkat poster bertuliskan: "Kami tidak menerima kudeta militer", sementara staf medis yang mengenakan jas putih mengadakan pawai fajar di kota kedua Mandalay.
Setidaknya 286 orang telah tewas saat pasukan keamanan Myanmar menggunakan kekuatan mematikan untuk memadamkan kerusuhan, menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).
Lima orang dilaporkan terluka dalam semalam di Mandalay, menurut laporan media Myanmar Now. Seorang pria berusia 16 tahun kemudian meninggal setelah ditembak di punggungnya, kata outlet tersebut. Kekerasan pasukan keamanan Myanmar juga membuat seorang gadis berusia 7 tahun tewas pada Selasa kemarin.
Baca juga: Militer Myanmar Dilaporkan Bebaskan Demonstran yang Ditahan
Sumber: REUTERS