TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas kesehatan di Hong dan Macau memutuskan untuk menahan penggunaan vaksin COVID-19 buatan BioNtech. Gara-garanya, mereka mendapati sejumlah kecacatan pengemasan dalam suplai vaksin COVID-19 BioNTech yang mereka terima.
Kedua otoritas, menurut laporan CNN, telah menerima surat keterangan dari BioNTech dan rekannya di Cina, Fosun Pharma, perihal cacat pengemasan itu. Mereka menyebut kecatatan hanya ditemukan pada batch dengan nomor seri 210102. Walau begitu, otoritas kesehatan Hong Kong dan Macau memutuskan untuk tetap menahan penggunaan.
"Meski Fosu dan BioNTECH menyatakan tidak ada alasan untuk menyakini keamanan produk terancam, kami tetap menahan vaksinasi yang menggunakan batch 210102 dan batch selanjutnya untuk investigasi," ujar Pemerintah Hong Kong dalam keterangan persnya, Rabu, 24 Maret 2021.
Berdasarkan data dari Pemerintah Hong Kong, kurang lebih sudah ada 150.200 warga mereka yang menerima dosis pertam vaksin BioNTech. Di luar Cina, BioNTech bekerjasama dengan Pfizer untuk pengembangan vaksinnya. Efikasi vaksin BioNTech berada di atas 90 persen meski harga lebih tinggi dan penyimpanannya lebih rumit.
Ditahannya penggunaan vaksin COVID-19 BioNtech tersebut berpotensi mengganggu kampanye vaksinasi Hong Kong. Apalagi, sekarang saja, kampanye vaksinasi COVID-19 di Hong Kong tidak berjalan sesuai rencana.
Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam menerima dosis vaksin Covid-19 Sinovac Biotech di pusat vaksinasi komunitas di Hong Kong, Cina 22 Februari 2021. [REUTERS / Tyrone Siu]
Kepala Pemerintahan Hong Kong, Carrie Lam, pada Selasa kemarin menyebut baru 6 persen warga Hong Kong saja yang sudah menerima suntikan pertama vaksin dari produk apapun. Jumlah itu, kata ia, tidak buruk walaupun seharusnya bisa lebih baik lagi.
"Hong Kong sebenarnya sangat beruntung terkait vaksinasi. Di saat berbagai negara kesulitan untuk mendapat vaksin COVID-19, kita memiliki suplai yang cukup," ujar Carrie Lam.
Saat ini, vaksin COVID-19 yang dipakai Hong Kong adalah produk Sinovac dan BioNTech. AstraZeneca akan menyusul beberapa pekan ke depan. Khusus produk Sinovac, ada keraguan dari warga untuk menggunakannya karena faktor transparansi data uji klinis.
Untuk menggenjot vaksinasi COVID-19, Hong Kong berniat memperluas kampanye. Rencana terbaru adalah melibatkan juga penduduk yang berusia di atas 30 tahun di mana meliputi 80 persen populasi Hong Kong. Adapun mereka, untuk sementara ini, tak bisa memilih antara mau memakai vaksin Sinovac atau BioNTech.
Hong Kong tercatat memiliki 11.420 kasus dan 204 kematian akibat COVID-19 menurut data WorldOMeter.
Baca juga: CEO BioNTech Yakin Virus Corona di Eropa Bisa Dikendalikan Akhir Musim Panas
ISTMAN MP | CNN