TEMPO.CO, Jakarta - Sekjen PBB Antonio Guterres tidak bisa menutupi keresahan terkait naiknya kekerasan terhadap etnis Asia dan keturunan Asia secara global selama pandemi Covid-19. Kekhawatiran itu disampaikan melalui juru bicara PBB, tanpa menyebut nama suatu negara tertentu.
Kekhawatiran Guterres itu diungkapkan setelah terjadi peristiwa penembakan di Atlanta pada awal bulan ini, yang menewaskan delapan orang. Dari jumlah tersebut, enam korban adalah perempuan keturunan Asia-Amerika.
Baca juga: Polisi Selidiki Motif Kebencian Rasial dalam Kasus Penembakan Spa di Atlanta
Orang-orang berduka saat Jesus Estrella, 21 tahun, memegang tanda di luar Young's Asian Massage menyusul penembakan mematikan di Acworth, Georgia, 17 Maret 2021.[REUTERS / Shannon Stapleton]
Peristiwa penembakan itu telah menimbulkan waswas di kalangan masyarakat Asia-Amerika Pasifik Islander, yang dilaporkan telah terjadi kenaikan ujaran kebencian pada mereka sejak Maret 2020 atau ketika mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut Covid-19 sebagai virus Cina.
“Dunia telah menyaksikan serangan mematikan, serangan verbal, kekerasan fisik, perundungan, diskriminasi di tempat kerja, menghasut di media dan platform sosial media serta bahasa yang kasar oleh mereka yang memegang kekuasaan,” kata juru bicara PBB Farhan Haq.
Menurut Haq di sejumlah negara, perempuan Asia sudah secara spesifik menjadi sasaran serangan.
Sebelumnya pada Jumat, 19 Maret 2021, dalam sebuah kunjungan ke Atlanta, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengutarakan penyesalannya terhadap naiknya kekerasan anti-Asia. Biden pun meminta kepada semua masyarakat Amerika Serikat agar bersatu melawan kebencian.
Sumber: Reuters