TEMPO.CO, Jakarta - Seiring dengan kian dekatnya Amerika dengan target seluruh orang dewasa tervaksin per Mei 2021, timbul pertanyaan soal nasib surplus vaksin COVID-19. Menurut laporan Al Jazeera, Amerika diperkirakan akan memiliki surplus 600 juta dosis vaksin COVID-19 pada semester 2 2021.
Beberapa advokat medis dunia menyarankan Amerika untuk menyumbangkan surplus itu. Menurut Direktur Global Health Policy Center dari CSIS, Stephen Morrison, penanganan pandemi COVID-19 di Amerika telah mendekati titik di mana mereka mulai bisa memikirkan kesulitan negara lain.
"Sebelumnya, pembagian surplus vaksin COVID-19 itu bisa dianggap isu yang sensitif. Namun, situasinya sudah mulai berubah walau belum bisa dikatakan 180 derajat," ujar Morrison, Ahad, 21 Maret 2021.
Andrea Taylor, kepala peneliti dari Universitas Duke yang memantau distisbusi vaksin COVID-19, menyatakan belum ada mekanisme yang jelas soal bagaimana sebaiknya surplus dibagikan secara efektif. Hal itu, kata ia, tengah diteliti oleh timnya.
Penelitian itu meliputi berbagai hal mulai dari kapan sebaiknya surplus vaksin COVID-19 mulai didistribusikan, kepada siapa surplus didistribusikan, dan apa kelebihan serta kekurangan masing-masing opsi. Taylor menyatakan, Amerika memiliki terlalu banyak surplus apabila membandingkan jumlah pesanan mereka, 1,2 miliar dosis, dengan jumlah penduduk yang hanya 328 juta.
Karyawan berjalan di dekat "envirotainer" berisi vaksin COVID-19 AstraZeneca saat tiba di Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Senin, 8 Maret 2021. Sebanyak 1,1 juta dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca bagian awal dari batch pertama skema kerja sama global untuk vaksin dan imunisasi (GAVI) COVAX Facility tiba di Bio Farma yang selanjutnya akan diproses dan didistribusikan guna mempercepat target vaksinasi yang merata ke seluruh penduduk Indonesia. ANTARA FOTO/Novrian Arbi
Distribusi melalui COVAX, kata Taylor, bisa menjadi pilihan. Lembaga inisiasi WHO untuk meratakan distribusi vaksin COVID-19 tersebut sudah memiliki sistem pembagian sendiri dan daftar tujuan distribusi.
"Opsi lain bisa juga dengan secara spesifik menyasar negara-negara yang sistem kesehatannya diujung tanduk atau negara-negara yang memiliki hubungan perdagangan dengan Amerika...Kemungkinan Amerika akan menggabungkan unsur dari berbagai opsi," ujar Taylor.
Per berita ini ditulis, administrasi Presiden Amerika Joe Biden belum mengumumkan detil apapun soal langkah yang akan diambil. Joe Biden, pekan lalu, menyatakan bakal membagi surplus vaksin COVID-19 ke seluruh penjuru dunia. Kamis kemarin, ia menyatakan bakal "meminjamkan" 2,5 juta dosis vaksin COVID-19 ke Meksiko.
Soal kondisi vaksinasi, Amerika terus meningkatkan angka vaksinasi COVID-19 hariannya. Per Ahad ini, Amerika mampu menyuntikkan 2,25 juta dosis vaksin COVID-19 per hari. Adapun jumlah suntikan yang telah diberikan adalah 121 juta dosis dari total 156 juta dosis vaksin yang didistribusikan.
Baca juga: Anthony Fauci Minta Donald Trump Ajak Pendukungnya Vaksinasi COVID-19
ISTMAN MP | AL JAZEERA