TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu pembuat vaksin virus corona BioNTech dan mitranya Pfizer, optimis Covid-19 bisa dikendalikan di sebagian besar wilayah di Eropa pada akhir musim panas nanti kendati imunisasi vaksin virus corona menghadapi sejumlah tantangan. Penggunaan vaksin virus corona buatan BioNTech dan Pfizer sudah mendapat persetujuan untuk penggunaan dalam kondisi darurat.
“Di banyak negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, kita mungkin tidak perlu melakukan lockdown pada akhir musim panas ini. Wabah (virus corona) mungkin akan terjadi, namun itu tidak akan menjadi sebuah kebisingan, tidak akan menakutkan bagi kita,” kata pendiri BioNTech Ugur Sahin.
Sebuah tanda peringatan untuk memakai masker pelindung digambar di trotoar jalan raya utama Cologne Hohe Strasse (High Street) di tengah penyebaran virus corona (COVID-19) di Cologne, Jerman, 12 Desember 2020.[REUTERS / Wolfgang Rattay]
Di Jerman, para pengusaha di negara itu masih harus menjalani sejumlah larangan yang diterbitkan demi menghentikan penyeraban virus corona. Pada Sabtu, 20 Maret 2021, ada sekitar 20 ribu orang berunjuk rasa di pusat kota Kassel, Jerman, menolak lockdown.
Beberapa negara anggota Uni Eropa menghadapi kritik karena lambatnya imunisasi vaksin virus corona. Saat ini, negara yang terdepan melakukan suntik vaksin virus corona pada warga negaranya adalah Israel, Inggris dan Amerika Serikat.
Akan tetapi, Sahin optimis masalah – masalah yang muncul saat ini hanya bersifat sementara. Dia optimis 70 persen masyarakat Jerman sudah mendapat vaksin virus corona pada akhir September 2021.
Sampai Sabtu, 20 Maret 2021, sekitar 9 persen dari populasi masyarakat Jerman setidaknya telah medapat dosis pertama suntik vaksin virus corona. Sedangkan Inggris, separuh dari jumlah orang dewasa di negara itu sudah mendapat dosis pertama vaksin virus corona.
Baca juga: Vaksin Pfizer Mampu Menetralkan Varian Baru Covid-19 dari Brasil
Di Jerman, distribusi vaksin virus corona yang kamban dan larangan yang masih diberlakukan telah menjadi beban bagi pemerintahan Kanselir Jerman Angela Merkel. Kenaikan wabah virus corona di Jerman telah memaksa otoritas di Jerman untuk mengerem upaya untuk membuka secara perlahan perekonomian di negara itu.
“Banyak orang kecewa,” kata Perdana Menteri untuk wilayah Bavaria, Jerman, Markus Soeder, yang digadang-gadang sebagai calon pengganti Kanselir Merkel dalam pemilu nasional Jerman.
Dalam sepekan, kasus positif Covid-19 di Jerman masih 100 kasus per 100 ribu populasi. Jumlah itu di atas ambang batas, di mana otoritas mengatakan aturan social distancing harus diberlakukan dengan ketat agar sistem kesehatan Jerman di kelebihan beban.
Sumber: Reuters