TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Jerman mengerahkan meriam air dan penyemprot merica kepada sekitar 20 ribu demonstran yang menolak lockdown dan aturan virus corona. Langkah itu dilakukan setelah unjuk rasa berubah menjadi aksi kekerasan, di mana sejumlah demonstran melemparkan botol-botol kea rah aparat kepolisian.
Demonstran berasal dari berbegai wilayah di Jerman, yang berkumpul di pusat kota Kassel. Mereka lalu melakukan aksi jalan, yang dikoordinir oleh gerakan konspirasi online ‘Querdenker’ – ‘lateral thinkers’.
Baca juga: Jajak Pendapat: Dukung untuk Kanselir Angela Merkel Turun
Unjuk rasa di Jerman pada Sabtu, 20 Maret 2021 di Kota Kassel, menolak lockdown. Sumber: Reuters
Kepolisian Jerman mengatakan demonstran melemparkan botol dan berusaha menerobos barikade. Demonstran juga mengabaikan instruksi dari aparat kepolisian yang diberikan untuk memastikan keamanan setiap orang, diantaranya mereka mengabaikan penggunaan masker dan anjuran social distancing.
Demonstran membawa spanduk bertuliskan ‘tidak ada kewajiban vaksinasi’ dan ‘demokrasi tidak akan mentoleransi sensor’. Situasi semakin runyam ketika muncul pula demonstran yang mendukung vaksinasi dan tertib menggunakan masker.
Jerman sudah empat bulan menjalani lockdown. Sedangkan upaya imunisasi vaksin virus corona di Jerman masih tertinggal di banding Inggris dan Amerika Serikat. Masyarakat Jerman mulai dari penjaga toko hingga biro perjalanan, gelisah karena ketidak-jelasan kapan kehidupan di Jerman kembali normal.
Rencananya, pucuk pimpinan di pemerintah daerah dan tingkat nasional, akan berkonsultasi pada Senin, 22 Maret 2021 terkait langkah apa yang bakal dilakukan secara nasional.
Angka infeksi virus corona di Jerman masih tinggi, yang salah satunya dipicu oleh varian baru Covid-19. Banyak politisi berpandangan masih terlalu dini untuk melonggarkan aturan pencegahan wabah virus corona.
Sumber: Reuters