TEMPO.CO, Jakarta - Cina tidak tinggal diam usai disebut Amerika sebagai pengancam stabilitas global. Dalam pertemuan bilateral yang mempertemukan Menlu Amerika dan Menlu Cina Wang Yi, Cina menyebut Amerika masih terjebak dalam pola pkir dan mentalitas Perang Dingin yang menyebabkan hubungan kedua negara tidak kunjung membaik.
Tidak berhenti di situ, Cina juga menyebut Amerika sebagai negara demokratis yang ironisnya kesulitan menwujudkan demokrasi. Sebab, kata Cina, masih banyak minoritas yang mengalami diskriminasi atau termarginalkan di Amerika.
"Dan kami secara tegas menolak intervensi Amerika terhadap urusan internal Cina. Kami telah menolak keras segala bentuk intervensi dan akan membalasnnya dengan aksi yang tegas. Apa yang perlu kita lakukan adalah meninggalkan mentalitas Perang Dingin," ujar Diplomat Partai Komunis Cina, Yang Jiechi, pada hari pertama pertmuan di Alaska, Kamis. 18 Maret 2021.
Yang Jiechi melanjutkan bahwa negara yang sejatinya melakukan tindakan koersif bukanlah Cina, melainkan Amerika. Menurutnya, Ameirka telah menggunakan hegemoni keuangan dan kekuatan militernya untuk menekan negara lain demi kepentingannya.
Hal tersebut, kata Yang, pada ujunganya membuat berbagai negara tidak memiliki pilihan selain bergabung ke pihak Amerika. Dan, Yang mengatakan, hal itu membuat berbagai negara mulai menyerang Cina demi menghindari konflik dengan Amerika.
Baca Juga:
Menurut laporan Channel News Asia, Amerika terkejut akan respon dari Yang Jiechi tersebut. Saking terkejutnya, Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken sampai meminta para wartawan di ruang pertemuan untuk bertahan dan mendengarkan balasan dari Amerika.
Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi dan Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jr., bertemu di Manila, Filipina 16 Januari 2021.[Francis Malasig / Pool via REUTERS]
Penasihat Keamanan Nasional Amerika Jake Sullivan membalas pernyataan Yang dengan berkata bahwa apa yang dicari Amerika bukanlah konflik dari Cina. Konflik, menurutnya, hanya akan berujung pada ketidakstabilan global. Walau begitu, ia memastikan bahwa Amerika akan selalu melindungi sekutu-sekutunya dan mempertahankan prinsip-prinsip yang mereka wakili.
"Dan kami akan selalu menegakkan prinsip-prinsip kami untuk warga kami dan kawan-kawan kami," ujar Sullivan menegaskan.
Sejak awal, berbagai pihak memprediksi pertemuan antara Amerika dan Cina di Alsaka akan berlangsung alot. Hal itu mempertimbangkan banyaknya isu di mana kedua negara berbeda sikap dan pandangan. Salah satu yang terbaru adalah soal perubahan sistem elektoral di Hong Kong yang diubah Cina untuk memastikan pos pemerintah diisi loyalisnya.
Hal itu diperburuk dengan langkah Amerika memberikan sanksi ke Cina sehari sebelum pertemuan mereka digelar. Dikutip dari Channel Newsia, sebanyak 24 pejabat Cina dan Hong Kong dikenai sanksi karena mengesahkan perubahan sistem elektoral.
Adapun pertanda komunikasi berlangsung alot sudah terlihat ketika Cina membalas pernyataan Blinken. Cina melanggar protokol dengan menyampaikan balasan sepanjang 15 menit. Mengacu pada protokol yang berlaku, Cina hany boleh menyampaikan pidato pembuka dan balasan selama dua menit.
"Kami memprediksi komunikasi di antara keduanya akan cukup sulit," ujar pejabat senior Amerika yang enggan disebutkan namanya.
Adapun pertemuan antara Cina dan Amerika akan berlangsung dua hari hingga hari ini waktu setempat. Menurut pernyataan Pemerintah Amerika, pertemuan terkait akan membahas banyak hal mulai dari nasib Muslim Uighur di Xinjiang, serangan siber ke Amerika, perubahan sistem elektoral di Hong Kong, status kedaulatan Taiwan, serta konflik di Indo-Pasifik.
Baca juga: Sehari Sebelum Pertemuan Bilateral, Amerika Beri Sanksi ke Hong Kong dan Cina
ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA