TEMPO.CO, Jakarta - Delegasi dari PBB pada Rabu, 17 Maret 2021, akan memulai kunjungan selama tiga hari ke Teluk Bengal, Bangladesh. Di wilayah terpencil itu, ada ribuan pengungsi Rohingya dari Myanmar.
Terhitung sejak Desember 2020, Bangladesh sudah merelokasi lebih dari 13 ribu pengungsi etnis Rohingya di Teluk Bengal kendati hal tersebut dikritisi oleh kelompok – kelompok HAM. Bangladesh ingin memindahkan sekitar 100 ribu pengungsi Rohingya dari total sekitar 1 juta pengungsi di sana ke pulau Bhasan Char, yang dikritik karena rawan banjir.
“Kunjungan selama tiga hari akan membawa para ahli dari PBB berkomunikasi dengan para pengungsi Rohingya terkait sikap Bangladesh,” demikian keterangan PBB.
Sejumlah pengungsi etnis Rohingya asal Myanmar antre untuk mendapatkan makanan di tempat pengungsian sementara di Beyeun, Aceh, 31 Mei 2015. ANTARA FOTO
Baca juga: Bangladesh: Kami Tidak Wajib Menerima Pengungsi Rohingya dari Myanmar
Kunjungan tim ahli PBB ke Teluk Bengal juga untuk melihat situasi saat ini dan fasilitas – fasilitas yang ada di Bhasan Char, menilai kebutuhan pengungsi yang direlokasi serta mendiskusikan dengan otoritas dan pihak lainnya yang sedang mengupayakan Bhasan Char sebagai tempat baru bagi sebagian pengungsi Rohingya.
Sebelumnya PBB mengatakan tidak mendapat izin dari otoritas untuk melakukan sebuah penilaian teknis dan keamanan di Pulau Bhasan Char. PBB juga tidak dilibatkan dalam relokasi pengungsi ke sana. Bangladesh mengatakan relokasi itu bersifat sukarela, namun kelompok pertama Rohingya yang dipindahkan ke sana mengatakan mereka telah dipaksa.
Bangladesh meyakinkan terkait masalah keamanan atas Pulau Bhasan Char dengan menyebut telah membangun pertahanan agar di sana tidak banjir, sudah dibangun pula rumah-rumah untuk para pengungsi, rumah sakit dan pusat angina topan.
Bangladesh pun meyakinkan kamp-kamp pengungsian yang sudah padat memancing tindak kriminal. Namun beberapa etnis Rohingya menyebut tindak kekerasan di kamp-kamp telah mendorong merek untuk pindah.
Rohingya adalah etnis minoritas yang melarikan diri dari tindak kekerasan di negara bagian Rakhine, Myanmar. Pengungsi Rohingya yang sudah ada di Pulau Bhasan Char tidak diperbolehkan keluar dari pulau itu yang lokasinya beberapa jam dari pelabuhan selatan Bangladesh.
Sumber: Reuters