Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kudeta Myanmar Masih Berlanjut, Ini 5 Hal yang Perlu Diketahui

image-gnews
Orang-orang menarik Shell Ye Win (24) yang ditembak saat pasukan keamanan dalam aksi protes anti-kudeta di Mandalay, Myanmar, 14 Maret 2021. REUTERS/Stringer
Orang-orang menarik Shell Ye Win (24) yang ditembak saat pasukan keamanan dalam aksi protes anti-kudeta di Mandalay, Myanmar, 14 Maret 2021. REUTERS/Stringer
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kudeta di Myanmar sudah berlangsung selama sebulan lebih. Dalam periode tersebut, berbagai hal terjadi mulai dari penangkapan Penasihat Negara Aung San Suu Kyi, pemblokiran internet, hingga pembunuhan demonstran oleh Militer Myanmar. Tak mengherankan, per berita ini ditulis, berbagai negara mengecam apa yang terjadi di Myanmar dan menyiapkan sanksi.

Militer Myanmar pimpinan Jenderal Min Aung Hlaing bergeming. Meski sudah diancam, mereka tetap melanjutkan kudeta dan mengklaim akan menghentikannya begitu pemilu baru digelar. Pemilu itu untuk menggantikan hasil pemilu tahun lalu yang memenangkan partai Aung San Suu Kyi, Liga Nasional Untuk Demokrasi (NLD). Perihal kapan akan digelar, masih misteri hingga sekarang.

Berikut adalah beberapa keterangan soal kudeta Myanmar yang akan membantu untuk memahami apa yang terjadi di sana:

1. Kenapa Militer Myanmar Melakukan Kudeta?
Seperti disampaikan sebelumnya, Militer Myanmar tidak menerima kekalahannya di Pemilu 2020. Partai afiliasinya. Persatuan Solidaritas dan Pembangunan (USDP), kalah telak dari NLD yang menghapuskan harapan para pendukungnya untuk memiliki presiden berlatar militer secara demokratis.

Militer Myanmar menganggap NLD telah bermain curang hingga bisa menang begitu telak dari USDP. Mereka mengklaim ada 10,5 juta surat suara fiktif dalam Pemilu 2020. Namun, mereka tidak bisa memberikan bukti. Alhasil, tuduhan itu tidak ditindaklanjuti oleh Komite Penyelenggara Myanmar. Tidak terima, Militer Myanmar membalas dengan kudeta.

Menurut analis, Kudeta Myanmar terjadi bukan karena alasan kecurangan, tetapi lebih ke upaya Militer Myanmar yang ingin mempertahankan pengaruhnya. Jika USDP kalah dari NLD, maka mereka harus menunggu lima tahun lagi untuk kesempatan berikutnya.

Sosok Min Aung Hlaing kembali disorot bersamaan dengan dugaan penindasan yang dilakukan militer terhadap Muslim Rohingya pada 2017. Penyelidik PBB mengatakan operasi militer Myanmar termasuk pembunuhan massal, pemerkosaan geng dan pembakaran yang meluas dan dilakukan dengan niat genosida. REUTERS/Ann Wang


2. Kenapa Warga Myanmar Melawan?

Kudeta Myanmar diawali dengan penangkapan para pejabat negara. Dua di antaranya adalah Penasihat Negara Aung San Suu Kyi serta Presiden Win Myint. Selain itu, Militer Myanmar juga membubarkan kabinet, membubarkan parlemen, dan memperkarakan Komite Penyelenggara Pemilu.

Warga Myanmar tidak bisa menerima hal tersebut. Menurut mereka, NLD telah dipilih secara demokratis untuk menjadi partai penguasa. Oleh karenanya, mereka menuntut kudeta diakhiri, tahanan politik dibebaskan, dan demokrasi dikembalikan. Militer Myanmar bergeming.

Untuk merespon Militer Myanmar yang tak terpengaruh, Warga Myanmar mulai melakukan berbagai aksi protes. Awalnya hanya aksi memukul perkakas dapur yang merupakan ritual pengusiran roh jahat. Belakangan, perlawanan berkembang menjadi unjuk rasa dan mogok kerja.

3. Bagaimana Militer Myanmar Merespon Perlawanan Warga?
Militer Myanmar mengaku tidak menduga perlawanan dari warga kian keras. Oleh karenanya, mereka mengklaim terpaksa bertindak keras terhadap mereka.

Awalnya Militer Myanmar hanya menertibkan perlawanan warga dengan menembakkan water canon, gas air mata, serta bom asap. Belakangan, Militer Myanmar mulai menggunakan senapan untuk memukul mundur perlawanan warga. Per berita ini ditulis, jumlah korban jiwa selama kudeta Myanmar mencapai 149 orang menurut data PBB.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain membunuh ratusan warga, Militer Myanmar juga melakukan penangkapan besar-besaran. Total sudah lebih dari 2000 orang yang ditangkap. Mereka terdiri atas aktivis, jurnalis, petugas medis, politisi, hingga pejabat negara. Anehnya, Militer Myanmar mengklaim mereka menggunakan pendekatan yang relatif halus dibandingkan negara lain.

Tentara Myanmar berjalan di sepanjang jalan selama protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar, 28 Februari 2021. [REUTERS / Stringer]


4. Di Mana Aung San Suu Kyi?

Keberadaan Aung San Suu Kyi, sejak ditangkap/ diculik pada 1 Februari lalu, belum diketahui. Beredar kabar ia ditahan di rumahnya walaupun hal tersebut sulit dikonfirmasi karena pengacaranya pun dilarang menemuinya oleh Militer Myanmar.

Adapun Militer Myanmar memperkarakan Aung San Suu Kyi dengan empat hal yang bisa berujung pada waktu penjara yang begitu lama. Keempatnya berkaitan dengan impor ilegal, pelanggaran hukum bencana alam, penyebaran informasi menyesatkan, serta korupsi.

Kasus korupsi merupakan jeratan yang terbaru. Militer Myanmar menyebut Aung San Suu Kyi telah menerima suap senilai US$600 ribu dan emas untuk kepentingan pribadinya. Pengacara Aung San Suu Kyi membantah hal tersebut, menyebutnya sebagai karangan Militer Myanmar.



5. Apa Respon Komunitas Internasional?
Komunitas internasional mengecam kudeta Myanmar. Namun, tidak semuanya melanjutkan kecaman tersebut dengan tindakan tegas. ASEAN, misalnya, terjebak pada langkah diplomasi karena Piagam ASEAN mengatur negara-negara anggotanya tidak boleh mengintervensi situasi atau krisis negara lain.

Di PBB, 15 negara anggotanya secara tegas mendorong adanya sanksi multilateral terhadap Militer Myanmar karena telah menggunakan kekerasan untuk merespon demonstrasi damai warga. Namun, upaya itu ditentang oleh Cina, Rusia, dan Vietnam yang menyebutnya sebagai langkah intervensi. Mereka bahkan ogah menyebut situasi di Myanmar sebagai "Kudeta".

Sementara itu, Amerika, Inggris, dan Uni Eropa bergantian memberikan sanksi ke Myanmar. Awalnya, mereka hanya memberikan sanksi ekonomi dan personal ke pejabat-pejabat Militer Myanmar. Sekarang, mereka meningkatkannya dengan ikut menyasar bisnis-binis yang menjadi kantong uang Militer Myanmar.

Myanmar berharap komunitas internasional tidak berhenti pada kata-kata, tetapi langkah aktif untuk mengakhiri kudeta. Mereka bahkan menyindir PBB yang seharusnya menjalankan fungsinya untuk memberikan perlindungan. "Respon DK PBB tidak memenuhi ekspektasi kami," ujar Dubes Myanmar Kyaw Moe Tun.

Baca juga: Kepentingan jadi Taruhan, Cina Dalam Posisi Sulit Terkait Myanmar

ISTMAN MP

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Negara di Dunia Bela UNRWA ketika Israel Tuntut Penghentian Dana

6 jam lalu

Foto yang dirilis pada 15 Februari 2024 menunjukkan sebuah lubang besar di pusat kesehatan UNRWA yang hancur akibat serangan Israel, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Gaza. UNRWA menyebut bahwa data terbaru menunjukkan 84 persen dari seluruh fasilitas kesehatan di Gaza telah mengalami dampak langsung dari serangan-serangan yang terus berlangsung. UNRWA/Handout via REUTERS
Negara di Dunia Bela UNRWA ketika Israel Tuntut Penghentian Dana

Philippe Lazzarini mengatakan saat ini ada "kampanye berbahaya" oleh Israel untuk mengakhiri operasi UNRWA di Gaza.


Amerika Serikat Siap Jatuhkan Sanksi Baru ke Tehran Dampak Serangan Iran ke Israel

15 jam lalu

Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan berbicara dalam konferensi pers, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Tel Aviv, Israel, 15 Desember 2023. REUTERS/Violeta Santos Moura
Amerika Serikat Siap Jatuhkan Sanksi Baru ke Tehran Dampak Serangan Iran ke Israel

Pemerintah Amerika Serikat sedang berupaya menjatuhkan sanksi baru ke Iran sebagai bentuk balasan atas serangan Iran ke Israel pada akhir pekan lalu.


Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

19 jam lalu

Seorang tentara dari Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) berpatroli dengan kendaraan, di samping area yang hancur akibat serangan udara Myanmar di Myawaddy, kota perbatasan Thailand-Myanmar di bawah kendali koalisi pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Persatuan Nasional Karen, di Myanmar, 15 April 2024. REUTERS/Athit Perawongmetha
Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.


AS 'Prihatin Luar Biasa' atas Dugaan Hubungan Korea Utara-Iran

1 hari lalu

Rudal balistik antarbenua Hwasong-18 diluncurkan saat latihan di lokasi yang tidak diketahui pada 18 Desember 2023. Korea Utara meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-18  untuk mengkonfirmasi kesiapan perang kekuatan pencegahan nuklirnya dalam menghadapi meningkatnya permusuhan dengan Amerika Serikat. KCNA via REUTERS
AS 'Prihatin Luar Biasa' atas Dugaan Hubungan Korea Utara-Iran

Setelah menjalin hubungan diplomatik pada 1973, Korea Utara dan Iran diketahui memiliki hubungan yang dekat.


Uni Eropa Bersiap Tambahkan Sanksi untuk Iran

1 hari lalu

Josep Borrell, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni. Sumber: Reuters
Uni Eropa Bersiap Tambahkan Sanksi untuk Iran

Josep Borrell mengatakan Uni Eropa akan bersiap untuk menambahkan sanksi terhadap Iran atas serangannya yang menyasar Israel.


AS akan Jatuhkan Sanksi Baru kepada Iran atas Serangan terhadap Israel

1 hari lalu

Menteri Keuangan AS Janet Yellen bertemu dengan perwakilan komunitas bisnis AS di Tiongkok di Beijing, 7 Juli 2023. REUTERS/Thomas Peter
AS akan Jatuhkan Sanksi Baru kepada Iran atas Serangan terhadap Israel

Departemen Keuangan Amerika Serikat mengungkap rencana menjatuhkan sanksi baru kepada Iran.


Tim Khusus PBB Sebut Iran dan Israel Sama-sama Langgar Hukum Internasional

1 hari lalu

Tim Khusus PBB Sebut Iran dan Israel Sama-sama Langgar Hukum Internasional

Lima orang pelapor khusus PBB menilai Iran dan Israel sama-sama melanggar hukum internasional dalam serangan berbalas baru-baru ini.


Kepala BMKG Beberkan Sejumlah Hambatan Skema Peringatan Dini Bencana di Forum PBB

1 hari lalu

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menghadiri 2nd Stakeholders Consultation Meeting, the 10th World Water Forum di Bali, Kamis, 12 Oktober 2023. (BMKG)
Kepala BMKG Beberkan Sejumlah Hambatan Skema Peringatan Dini Bencana di Forum PBB

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati membahas masalah kesenjangan sistem peringatan dini bencana di forum UN OCean Decade di Spanyol.


Israel Diduga Menghalang-halangi Investigasi Pelanggaran HAM dalam Serangan 7 Oktober

2 hari lalu

Anak-anak Palestina bermain di tengah reruntuhan taman yang hancur akibat serangan militer Israel, saat Idul Fitri, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Kota Gaza 11 April 2024. REUTERS/Mahmoud Issa
Israel Diduga Menghalang-halangi Investigasi Pelanggaran HAM dalam Serangan 7 Oktober

Komisi penyelidikan independen terhadap pelanggaran HAM di Israel dan Palestina menuding Israel menghalangi penyelidikan terhadap serangan 7 Oktober oleh Hamas.


Menteri Luar Negeri Israel Mendesak Negara di Dunia Jatuhkan Sanksi ke setelah Serangan Iran

2 hari lalu

Menteri Luar Negeri sementara Israel,  Israel Katz. Sumber: The Times of Israel
Menteri Luar Negeri Israel Mendesak Negara di Dunia Jatuhkan Sanksi ke setelah Serangan Iran

Israel kembali mendesak negara-negara menjatuhkan sanksi terhadap Iran, menyusul serangan Iran pada 13 April 2024.