TEMPO.CO, - Asosiasi biksu Buddha paling kuat di Myanmar, The State Sangha Maha Nayaka Committee (Mahana), meminta junta militer segera menghentikan kekerasan.
Menurut pemberitaan Reuters, Rabu, 17 Maret 2021, Mahana merupakan organisasi pemuka agama yang kerap bekerja sama dengan pemerintah. Kecaman yang dilontarkan Mahana pada militer Myanmar menunjukkan ada keretakan dalam hubungan antara pemerintah dan pemuka agama.
Mahana berencana untuk mengeluarkan pernyataan akhir setelah berkonsultasi dengan menteri urusan agama pada hari Kamis.
Para biksu memiliki sejarah panjang dalam perpolitikan di Myanmar. Mereka berada di garis depan "Revolusi Saffron" 2007 melawan kekuasaan militer, sebuah pemberontakan yang membantu mengantarkan reformasi demokrasi.
Anggota Mahana tidak dapat segera dihubungi oleh Reuters untuk dimintai komentar. Seorang juru bicara junta juga tidak menjawab panggilan telepon untuk dimintai tanggapan.
Baca Juga:
Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi pada 1 Februari serta menahan dia dan anggota partainya. Kudeta ini menuai kecaman internasional yang luas
Lebih dari 180 pengunjuk rasa telah tewas ketika pasukan keamanan Myanmar mencoba untuk menghentikan gelombang protes kudeta militer, menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.
Baca juga: Kepentingan jadi Taruhan, Cina Dalam Posisi Sulit Terkait Myanmar
Sumber: REUTERS