TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Australia pada Selasa, 16 Maret 2021, memastikan Negara Kangguru itu belum memiliki rencana untuk menghentikan penggunaan vaksin virus corona AstraZeneca. Padahal, beberapa negara di Eropa sudah menghentikan sementara penggunaan vaksin ini setelah muncul sejumlah laporan efek samping yang serius dari vaksin ini.
“Sementara Badan Medis Eropa sedang menginvestigasi kejadian ini, kami menemukan vaksin virus corona AstraZeneca sukses dalam melindungi Covid-19 dan penggunaannya bisa dilanjutkan,” kata Kepala Badan Medis Australia Paul Kelly.
Baca Juga:
Fasilitas tes Covid-19 drive-through saat negara bagian Victoria mengalami lonjakan kasus wabah virus corona, di Melbourne, Australia, 25 Juni 2020. [AAP / Daniel Pockett via REUTERS]
Baca juga: Singapura dan Australia Mau Buka Koridor Perjalanan pada Juli
Menurut Kelly pihaknya masih sangat yakin dengan vaksin virus corona buatan AstraZeneca. Sebab sejauh ini belum ada bukti kalau vaksin itu menyebabkan pembekuan darah. Kendati demikian, laporan efek samping ini akan diinvestigasi sebagai sebuah langkah pencegahan.
Selain Australia, negara lain yang masih menggunakan vaksin virus corona buatan AstraZeneca adalah Inggris dan Polandia.
Sebelumnya pada Minggu, 14 Maret 2021, AstraZeneca mengkonfirmasi sebuah hasil evaluasi memperlihatkan ada lebih dari 17 juta orang yang melakukan imunisasi dengan vaksin ini di Uni Eropa dan Inggris, namun mereka tidak memperlihatkan gejala pembekuan darah.
Di Australia, ada 25 juta orang yang akan mendapatkan vaksin virus corona buatan AstraZeneca. Otoritas Australia saat ini sudah membeli hampir 54 juta dosis vaksin AstraZeneca. Dari jumlah tersebut, 50 juta vaksin AstraZeneca akan diproduksi secara lokal pada akhir Maret 2021.
Australia sudah memulai imunisasi vaksin virus corona pada akhir bulan lalu atau agak sedikit tertinggal dibanding negara-negara lain. Sedangkan pada akhir pekan lalu, vaksin AstraZeneca mulai disuntikkan ke masyarakat.
Sumber: Reuters