TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong dalam sebuah wawancara televisi mengutarakan harapan bahwa negaranya akan mulai membuka lagi wilayah perbatasannya pada akhir 2021. Pembukaan wilayah perbatasan dilakukan menyusul semakin banyaknya negara yang melakukan imunisasi vaksin virus corona untuk melawan infeksi Covid-19.
Singapura telah memberlakukan beberapa larangan, salah satunya larangan melakukan perjalanan. Akan tetapi, aktivitas bisnis dan perjalanan dinas mendapat pengecualian.
Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong menerima suntikan vaksin COVID-19 di Rumah Sakit Umum Singapura 8 Januari 2021. Mohd Fyrol/Ministry of Communications and Information/Handout via REUTERS.
Singapura juga mendiskusikan terhadap kemungkinan saling mengakui sertifikat vaksin virus corona dengan negara lain.
“Saya harap jika banyak negara secara substansial melakukan imunisasi vaksin virus corona pada populasi mereka pada tahun ini, maka kami bisa dengan yakin dan mengembangkan sistem untuk membuka wilayah-wilayah perbatasan kami bagi pelancong dengan aman lagi. Semoga saja pada akhir tahun ini atau awal tahun depan pintu-pintu sudah bisa dibuka lagi,” kata Lee dalam sebuah wawancara, yang disiarkan pada Minggu, 14 Maret 2021.
Baca juga: Batam dan Bintan Dibuka untuk Turis Asing 21 April 2021
Pandemi Covid-19 di Singapura cukup terkendali. Kasus positif Covid-19 di negara itu, yang ditularkan antar masyarakat lokal, terbilang sedikit. Singapura juga telah menjalankan imunisasi vaksin virus corona menggunakan vaksin buatan Pfizer-BioNTech dan Moderna.
Pada 8 Maret 2021, sudah ada 5,7 juta orang di Singapura yang terdaftar mendapat suntik vaksin virus corona. Jumlah itu disebut melambat dibanding negara-negara besar lainnya, namun Singapura meyakinkan akan mengimunisasi vaksin virus corona setiap orang pada akhir tahun ini.
Lee mengatakan rendahnya kasus lokal virus corona di negaranya bisa memberikan waktu kepada Pemerintah Singapura untuk membujuk masyarakat agar melakukan imunisasi vaksin virus corona. Sebab mereka yang ragu beralasan mereka tidak terlalu berisiko tertular virus corona dan mereka pun waswas dengan efek samping dari vaksin tersebut.
Sumber: Reuters