TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Jerman tidak terpengaruh langkah negara-negara tetangganya menunda penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca. Dikutip dari Channel News Asia, Jerman memastikan akan tetap menggunakan produk AstraZeneca dalam kampanye vaksinasi COVID-19 mereka.
Keputusan Jerman tersebut tidak lepas dari masih terbatasnya suplai vaksin COVID-19 di wilayah Eropa. Seperti diberitakan sebelumnya, AstraZeneca tidak mampu memenuhi besaran suplai vaksin COVID-19 yang mereka janjikan untuk kuartal pertama. Oleh karenanya, mereka tidak ingin kampanye vaksin COVID-19 mereka sampai terhalang lagi.
"Apa yang kami tahu sejauh ini menunjukkan manfaat vaksin (AstraZeneca) itu, bahkan setelah segala laporan yang kami terima, lebih besar dibanding resikonya. Kami bertahan pada keyakinan itu," ujar Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn, Jumat, 12 Maret 2021.
Diberitakan sebelumnya, beberapa negara memutuskan untuk menunda atau menghentikan penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca. Hal itu dipicu laporan dari Denmark, Norwgia, dan Islandia yang menyatakan ada kasus pembekuan darah pasca vaksinasi dengan produk AstraZeneca.
Adapun dalam kasus Denmark, seorang perempuan berusia 60 tahun sampai meninggal karenanya pembekuan tersebut. Oleh karenanya, Denmark memutuskan untuk menunda penggunaa vaksin COVID-19 AstraZeneca selama dua pekan untuk menemukan penyebabnya.
Negara yang paling baru menyusul langkah Denmark cs adalah Thailand. Pemerintah Thailand, Jumat kemarin, menyatakan agenda vaksinasi untuk PM Prayuth Chan-o-cha dan menteri-menterinya ditunda karena mereka akan menggunakan produk AstraZeneca.
Langkah-langkah tersebut langsung direspon WHO yang meminta negara-negara penerima vaksin AstraZeneca untuk tidak menghentikan penggunaannya. Meski mengakui investigasi sedang berjalan, WHO menyatakan data hasil pemeriksaan selama ini tidak menunjukkan vaksin AstraZeneca berbahaya.
Lotha Wieler, Kepala dari Institute Robert Koch untuk Penyakit Menular di Jerman, menyatakan hal senada dengan WHO. Ia berkata, tidak ada bukti statistik yang mengaitkan kematian dengan vaksinasi COVID-19 apapun.
"Karena kita melakukan vaksinasi terhadap mereka yang tua dan sangat tua, dan mayoritas warga yang meninggal dari kelompok tersebut, maka seharusnya ada bukti kronologis antara vaksinasi dan kematian...Tidak ada bukti yang mengaitkan keduanya," ujar Wieler soal dugaan terkait vaksin AstraZeneca.
Baca juga: Ikuti Denmark, Norwegia Juga Tahan Penggunaan Vaksin COVID-19 AstraZeneca
ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA