TEMPO.CO, Jakarta - KTT APEC 2021 Selandia Baru akan mengupayakan penghapusan produk medis termasuk vaksin Covid-19 untuk mempercepat pemulihan pandemi virus corona.
Direktur Eksekutif Sekretariat APEC, Dr. Rebecca Fatima Sta Maria, mengatakan distribusi vaksin corona adalah hal krusial untuk pemulihan dari wabah. Pergerakan orang-orang akan bergantung pada penyebaran vaksin, kata Dr Rebecca, menambahkan APEC akan membahas masalah ini pada negara anggota ekonomi.
"Kita akan berfokus pada keterbukaan dan kemudahan akses pengiriman vaksin yang merata dan inklusif," kata Dr. Rebecca Fatima Sta Maria, dalam konferensi virtual KTT APEC 2021 Selandia Baru, 11 Maret 2021.
Ketua Senior Officials Meeting (SOM) KTT APEC 2021 Selandia Baru, Vangelis Vitalis, mengatakan salah satu hambatan distribusi adalah penerapan tarif global pada vaksin.
"Banyak negara ekonomi di kawasan kita memberlakukan tarif impor, bahkan pada vaksin. Ada negara anggota APEC yang menerapkan tarif 6% pada vaksin, dan tarif 20,7% persen pada jarum suntik yang kita butuhkan untuk vaksinasi," tutur Vitalis, yang juga menjabat Wakil Menteri Perdagangan dan Ekonomi Selandia Baru.
Bahkan, kata Vitalis, banyak negara ekonomi di kawasan Asia-Pasifik yang menerapkan tarif 30% pada kotak pendingin khusus yang diperlukan untuk menyimpan vaksin pada suhu -70 derajat Celsius, misalnya vaksin Covid-19 dari Pfizer yang membutuhkan suhu penyimpanan ekstrem.
"Dengan kata lain, kita menarik biaya pada upaya kita untuk melawan pandemi," kata Vitalis. "Kita akan saling bertanya apakah tarif ini adalah langkah yang tepat untuk memerangi pandemi?"
Ketua Senior Officials Meeting (SOM) KTT APEC 2021 Selandia Baru Vangelis Vitalis dan Direktur Eksekutif Sekretariat APEC Dr Rebecca Sta Maria konferensi media virtual pertama KTT APEC 2021, 11 Maret 2021.[APEC 2021 New Zealand/Tempo]
Vitalis menceritakan pada awal pandemi tahun lalu Selandia Baru telah menerapkan tarif pada produk sabun sebesar 5%, tetapi tarif sabun dihapuskan ketika Perdana Menteri Jacinda Ardern mengimbau orang-orang untuk lebih sering mencuci tangan.
"Ketika kita menerapkan tarif itu, kita membebankan konsumen sabun dengan harga sampai 5%. Akhirnya, kami memutuskan untuk menghapus tarif tersebut," tutur Vitalis.
Ia mengatakan pentingnya untuk menghapus tarif pada produk esensial yang digunakan untuk melawan pandemi, seperti jarum suntik, fasilitas vaksinasi, dan sebagainya.
Namun tarif bukan satu-satunya masalah distribusi vaksin. Vitalis mengakui larangan ekspor juga menjadi masalah signifikan pada distribusi vaksin, bahkan di luar kawasan Asia-Pasifik, dan ini akan dibahas dalam KTT APEC 2021.
Baca juga: KTT APEC 2021 Selandia Baru Akan Bahas Implementasi Putrajaya Vision 2040
Negara-negara APEC juga harus memastikan agar vaksin bisa masuk perbatasan dengan mulus dan cepat. "Selandia Baru punya proposal untuk panduan praktis agar vaksin dan produk lainnya lebih cepat didistribusikan begitu tiba di suatu negara...Jadi ketika kotak pendingin khusus vaksin sampai di perbatasan, itu tidak perlu menunggu di perbatasan sampai 10 harus lebih, sehingga melewati perbatasan secepat mungkin. Vaksin yang sejatinya produk penting harus masuk perbatasan dengan lancar," kata Vitalis.
Elemen praktis lainnya seperti pengiriman vaksin, adalah masalah krusial dalam distribusi. Vitalis mengutip estimasi DHL yang memperkirakan APEC membutuhkan 15.000 penerbangan untuk mengirim vaksin ke seluruh kawasan Asia-Pasifik.
"Kita harus memikirkan transportasi dari bandara, dari pelabuhan, ke masyarakat terpencil. Kita akan membutuhkan 50 juta kotak pendingin khusus untuk mengirim vaksin ke seluruh kawasan Asia-Pasifik," tutur Vitalis.
Hambatan tarif impor, larangan ekspor, dan halangan elemen praktis adalah masalah penting yang harus diselesaikan negara ekonomi Asia-Pasifik dalam KTT APEC 2021 Selandia Baru, dan menurut Vitalis ini akan menjadi konsensus APEC sebagai inkubator inovasi.