TEMPO.CO, Jakarta - Edson Fachin, seorang Mahkamah Agung (MA) Brazil pada Senin, 8 Maret 2021, membatalkan hukuman pidana pada mantan Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva. Putusan Mahkamah Agung itu akan memungkinkan Lula da Silva mencalonkan diri lagi sebagai Presiden Brazil pada tahun depan.
Putusan Mahkamah Agung telah berdampak pada pasar uang. Jika Lula da Silva benar maju dalam pemilu Presiden Brazil 2022, maka dia akan berhadapan dengan Presiden Brazil saat ini Jair Bolsonaro.
Baca juga: Eks Presiden Brasil Dihukum 9 Tahun Penjara karena Korupsi
Putusan Fachin yang mengejutkan menyatakan pengadilan di selatan Kota Curitiba tidak punya cukup otoritas untuk menyidangkan kasus korupsi Lula da Silva. Sebaliknya, Lula da Silva harus disidangkan ulang di pengadilan Ibu Kota Brasilia.
Luiz Inacio Lula da Silva. REUTERS/Roberto Jayme
Presiden Bolsonaro pun angkat bicara atas putusan Mahkamah Agung itu. Dia berharap putusan tersbeut bisa dibalikkan ketika dilakukan evaluasi oleh Mahkamah Agung secara penuh. Bolsonaro tidak yakin masyarakat Brazil Lula da Silva menginginkan Lula maju dalam pemilu presiden.
Sumber di jaksa penuntut Brazil menyebut akan dilakukan banding atas putusan tersebut. Mata uang Brazil, real, anjlok sampai 1,5 persen atau penurunan paling banyak dalam empat bulan terakhir setelah munculnya kabar pembatalan hukuman Lula da Silva.
Bukan hanya itu, saham Bovespa juga turun sampai 4 persen. Mata uang real sekarang mendekati 5.7779 per dollar Amerika atau terlemah sejak Mei 2020.
Analis keuangan mengatakan prospek pencalonan mantan Presiden Lula da Silva tampaknya akan mendorong Presiden Bolsonaro untuk mengabaikan reformasi ekonomi yang dijalankannya pada 2018. Sebaliknya, Bolsonaro mungkin akan semakin jauh merangkul kebijakan populis untuk menggalang dukungan di Brazil.
Sumber: Reuters