TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi, berjanji negaranya tidak akan diam saja soal situasi di Myanmar. Dikutip dari kantor berita Reuters, Wang Yi mengatakan Cina akan berkomunikasi dengan segala sisi untuk memastikan ada solusi atas kudeta Myanmar.
Pernyataan itu ia sampaikan usai lobiyst Israel-Kanada, Ari Ben-Menashe, menyatakan para jenderal Militer Myanmar ingin meninggalkan politik setelah kudeta usai. Selain itu, kata lobyist yang disewa junta tersebut, Myanmar juga akan meningkatkan hubungan dengan Amerika Serikat serta menjauhkan diri dari Cina.
"Cina bersedia untuk menghubungi dan berkomunikasi dengan segala pihak yang terlibat tanpa melanggar kedaulatan mereka. Jadi, kami akan mengambil peran yang konservatid untuk meredakan ketegangan di sana," ujar Wang Yi di sela-sela sidang Parlemen Cina, Ahad, 7 Maret 2021.
Sepanjang kudeta Myanmar berlangsung, Cina memang cenderung lebih kalem dalam menanggapi kudeta Myanmar. Selain tidak menjatuhkan sanksi terhadap Militer Myanmar, Cina juga menganggap apa yang terjadi di sana adalah konflik internal. Bahkan, media-media milik pemerintah di Cina menyebut situasi kudeta Myanmar sebagai "reshuffle kabinet besar-besaran".
Sikap tersebut kontras dengan negara-negara Barat. Mereka sudah menjatuhkan sanksi ekonomi dan personal terhadap sejumlah pejabat Militer Myanmar. Amerika bahkan memperkuat sanksinya pekan ini dengan memblokir sejumlah aktivitas dagang yang berkaitan dengan Kementerian Pertahanan Myanmar.
Para pengunjuk rasa membuat formasi tameng untuk menghindari serangan dari aparat di Nyaung-U, Myanmar, Ahad, 7 Maret 2021. Selama lebih dari satu bulan, pengunjuk rasa telah berdemonstrasi di seluruh Myanmar menentang kudeta militer dan penangkapan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi serta ratusan orang lainnya. Media sosial oleh Reuters.
Cenderung pasifnya Cina dalam merespon situasi Myanmar menimbulkan berbagai spekulasi soal sikap mereka sesungguhnya. Ada yang menganggap Cina ingin mengambil keuntungan dari situasi Myanmar. Di sisi lain, ada juga yang menganggap Cina terlibat dalam kudeta tersebut.
Anggapan itu berangkat dari catatan Cina sempat memveto resolusi DK PBB soal krisis Rohingya di Myanmar. Alasan Cina saat itu sama, situasi Rohingya adalah urusan internal Myanmar dan mengintervensinya hanya akan menimbulkan ketidakstabilan.
Pemerintah Cina telah membantah semua anggapan yang beredar. Wang Yi berkata, kudeta Myanmar bukanlah hal yang Cina ingin lihat. Selin itu, kata Wang Yi, Cina mendukung pernyataan DK PBB tentang pembebasan para tahanan politik, termasuk Penasehat Negara Aung San Suu Kyi. Oleh karenanya, tidak benar dugaan mereka mencari keuntungan dari kudeta Myanmar.
"Cina sudah lama bersahabat dengan segala pihak di Myanmar, termasuk Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). Persahabatan antara Myanmar dengan CIna selalu melibatkan semua sektor."
"Bagaimanapun situasi di Myanmar, komitmen Cina untuk mempromosikan hubungan Cina-Myanmar tak akan surut. Kami tetap ingin menonjolkan kooperasi," ujar Wang Yi.
Baca juga: Junta Myanmar Disebut Mau Perbaiki Hubungan dengan negara Barat dan Jauhi Cina
ISTMAN MP | REUTERS